Kamis, 23 Februari 2012

KORUPSI DALAM TEORI EKONOMI

Disadur dari tulisan:
Okki Trinanda Miaz

Tindakan korupsi di Indonesia seperti jalan yang tak berujung. Terlihat dari peringkat indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia yang dirilis Transperancy International (TII) pada 2011 bertengger di angka 3,00. Dalam indeks tersebut, Indonesia berada di urutan ke-100 bersama 11 negara lainnya, Argentina, Benin, Burkina Faso, Djobouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe, Suriname dan Tanzania.Mengapa pemberantasan korupsi sulit dilakukan? Ilmu ekonomi dapat membantu menjelaskan hal tersebut dengan analisis sederhana. Korupsi menjadi isu ekonomi semenjak era Adam Smith. Dia mengamati bagaimana pemerintah Inggris di abad ke-18-19 yang sangat sentralistik dan memiliki kekuatan monopoli atas perdagangan internasional.


Paradigma tersebut berkembang di ranah empiris dan kebijakan pembangunan ekonomi. Akademisi, praktisi kebijakan dan lembaga donor mulai berpikir, korupsi merupakan alasan utama mengapa negara-negara berkembang menderita keterbelakangan dan ketertinggalan (Perdana, 2010).Hal ini merupakan sebuah kemajuan dalam hal studi ekonomi karena sebelumnya, ketiadaan modal fisik dan manusia menjalankan pembangunan selalu dianggap sebagai faktor penyebab negara miskin dan negara maju.Guna menjelaskan mengenai korupsi, para ekonom berangkat dari dua bangun teori (Gordon Tullock). Pertama, teori perburuan rente(rent seeking). Istilah rente di sini merujuk kepada klasifikasi Adam Smith tentang balas jasa faktor produksi.


Contohnya, seseorang yang bekerja akan menerima gaji atau upah, pengusaha akan menerima laba, para pemilik tanah atau bangunan akan menerima sewa dan seterusnya.
Namun, adakalanya pelaku ekonomi berusaha mendapatkan rente dari aset yang bukan miliknya. Bagaimana caranya? Dengan politik dan hukum, karena dalam teori perburuan rente ini sumber dari rente adalah wewenang. Sederhananya, seperti pemerintah yang memiliki wewenang menerbitkan kartu identitas bagi rakyat berupa KTP atau paspor, wewenang untuk melakukan pembelian peralatan militer, atau memberikan fasilitas kepada pihak swasta.
Inilah simpul-simpul yang digunakan untuk mendapatkan rente yang sebenarnya bukan haknya.


Teori kedua, teori atasan-bawahan (principal-agent). Teori ini melihat relasi antara dua pihak yang mengharapkan insentif berbeda dalam situasi informasi yang tidak seimbang atau asimetris. Pihak atasan (principal) memiliki sebuah tujuan yang diinginkan. Guna mencapai tujuan tersebut, ia kemudian mendelegasikan suatu pekerjaan kepada bawahan (agent) dengan insentif tertentu.Permasalahan terjadi ketika atasan tidak dapat mengawasi bawahan setiap waktu, sementara bawahan juga memiliki kepentingan pribadi yang ingin ia penuhi. Di sinilah ruang untuk melakukan korupsi terbuka.Pihak ketiga, bisa mendapatkan keuntungan dengan menawarkan sejumlah imbalan pada bawahan untuk melakukan sesuatu. Walaupun tindakan yang diambil bawahan berbeda dengan apa yang diinginkan atasan.


Teori ini sangat bagus untuk menerangkan kasus korupsi yang dilakukan Gayus Tambunan, Malinda Dee dan Nazaruddin. Padahal perilaku korupsi sebuah sikap yang tidak rasional jika merujuk kepada hukum biaya-manfaat. Seperti dijelaskan ekonom bernama Gary S. Becker.
Dalam analisis Becker, seseorang yang melakukan korupsi tidak mempertimbangkan antara manfaat, uang yang dia peroleh dari hasil korupsi dengan biaya berupa hukuman yang harus ia tanggung, jika tertangkap dan diadili karena korupsi.


Harus diingat, hukuman pelaku korupsi tidak hanya berupa penjara namun juga sanksi sosial yang harus diterima keluarga sendiri. Secara teoretis, sebenarnya analisa ekonomi dapat digunakan sebagai salah satu senjata untuk memahami dan membedah perilaku korupsi. Seperti dijelaskan di atas, kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan ekonomi adalah keinginan mendapatkan rente yang bukan dari aset yang dimiliki dan lemahnya pengawasan yang dilakukan pemimpin terhadap bawahan yang didelegasikan sebuah pekerjaan.


Selain itu, perlu pula penyadaran kepada para pemegang wewenang, korupsi sebenarnya di luar rasionalitas hukum biaya dan manfaat. Cara pandang dan berpikir ini, dapat menjelaskan banyak hal mengenai kenyataan yang kita temui sehari-hari. Di Indonesia, yang diakui sebagai negara yang kaya sumber daya alam, ternyata sampai sekarang masih tertinggal dari negara-negara lain. Penyebabnya, korupsi oleh para pengelola negara. Maka analisis ekonomi sebaiknya dilengkapi dari analisa kebijakan pembangunan fisik ke pembangunan kelembagaan.

Minggu, 02 Agustus 2009

GELIAT RITEL BESAR DAN KECIL (PASAR TRADISIONNAL) DI

Oleh: Zulkifli

Alumni FE UNP

Keberadaan ritel tentu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sangat membutuhkan keberadaan ritel tersebut. Ritel merupakan “nyawanya” manusia, bagaimana manusia akan hidup kalau tidak didukung dengan keberadaan ritel tersebut. Mustahil manusia akan dapat memenuhi kebutuhannya secara cepat dan mudah.

Ritel merupakan sebuah tempat yang menyediakan beraneka ragam produk yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ritel merupakan tempat “nangkring” produk dari beberapa industri. Ditempat itu barang-barang di pamerkan dan bersaing dengan keunggulannya masing-masing. Bagi produk yang mutunya baik tentu tidak membutuhkan waktu yang lama sebelum diminati konsumen. Baru sebentar dipajang tentu sudah dilirik oleh konsumen. Namun ada juga produk yang terlihat kusam dan berdebu. Nah, ini merupakan produk yang mutunya kurang baik/rendah sehingga produk tersebut tidak diminati para konsumen. Hal ini dapat dikatakan sebagai produk gagal.

Beberapa tahun belakangan ini perkembangan ritel-ritel di kota besar bak jamur dimusim hujan. Ritel tumbuh begitu cepat menghiasi kota. Bisnis ini sangat diminati oleh para investor/pengusaha. Hal ini bisa saja terjadi karena tingkat komsumsi masyarakat yang tinggi dan besarnya populasi penduduk kota.

Belakangan ini ritel-ritel berdiri secara serampangan dan tidak tertata dengan baik. Perkembangan ritel-ritel besar telah memberi dampak pada keberadaan ritel-ritel kecil. Ritel-ritel kecil sulit untuk berkembang karena exspansi besar-besaran yang dilakuakan oleh ritel besar.

Faktor letak seolah-olah tidak lagi menjadi acuan bagi pendirian ritel besar. Seharusnya faktor letak sangat penting menjadi acuan untuk mendirikan sebuah ritel. Apabila ingin mendirikan suatu ritel besar, maka biasanya perlu diteliti daerah-daerah yang menjadi satelit disekitarnya. Sebab daerah satelit merupakan daerah jangkauan dari pusat perbelanjaan yang dibangun. Seberapa mampu ritel besar tersebut dapat menarik para konsumennya.

Disamping itu juga jarak antara ritel dengan yang lainnya harus dipertimbangkan, karena akan berpengaruh terhadap penjualan nantinya. Apabila jaraknya terlalu dekat tentu akan bisa terjadi persaingan yang tidak sehat. Oleh sebab itu jarak antara ritel juga harus jadi acuan agar pendapatan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Namun seolah-olah sekarang ini tidak lagi menjadi acuan bagi para pengembang usaha.

Ritel besar menyuguhkan pelayanan dan tempat yang nyaman telah membius para konsumen untuk berbelanja kebutuhan yang tersedia di sana. Para konsumen tidak lagi susah dalam mencari berbagai macam kebutuhannya, tempat yang nyaman dan bersih merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan bisnis ini.

Sementara itu pengelolaan ritel-ritel besar juga telah dilakukan dengan manajemen yang baik. Manajemen yang baik tentu sangat penting dalam melakukan suatu usaha. Maju mundurnya suatu usaha terletak ditangan para manejer(pengelola). Semakin baik manjemen suatu perusahaan maka membuahkan hasil yang semakin baik juga. Begitu juga sebaliknya manajemen yang lemah akan menimbulkan kemunduran bahkan kerugian pada perusahaan.

Kita dapat melihat perkembangan ritel-ritel besar tersebut mayoritas tidak lagi pemain baru, namun merupakan ekspansi atau pembukaan cabang baru dari perusahaan yang sudah ada sebelumnya. Lihat saja seperti Carrefour, berapa banyak tersebar gerainya ditengah-tengah kota. Hal ini baru Carrefour belum lagi yang lain seperti Ramayana, Matahari dan yang sejenis lainnya.

Perkembangan yang begitu cepat memang terletak dari segi pengelolaannya. Semua yang terlibat didalamnya harus mampu bekerja sama dan saling mendukung. Seorang manejer harus mampu memenej bawahannya dengan baik. Begitu juga bawahan harus dapat menjalankan tugasnya dengan benar demi perkembangan usaha.

Apabila manejer tidak bisa mengatur atau memenej bawahannya tentu akan berdampak pada perusahaan. Perusahaan tidak akan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Begitu juga bawahannya apabila tidak bisa menjalankan tugas yang diberikan manejer, maka internal perusahaan akan goyah. saling percaya mempercayai akan hilang, kecurigaan akan tumbuh sehingga persaingan pun menjadi tidak sehat.

Dengan demikian berkembangnya suatu perusahaan terletak pada pihak-pihak yang menjalankannya. Manejer harus dapat mengendalikan internel perusahaan dengan baik sehingga bawahan/karyawan akan dapat bekerja dengan baik untuk kemajuan perusahaan.

Aspek inilah yang merupakan keunggulan dari ritel-ritel besar. Ritel besar telah dikelola dengan baik dan mempunyai organisasi yang jelas. Pengelolaan yang telah dilakukan dengan propesional telah berdampak pada pengelolaan ritel-ritel besar sekarang ini.

Lain halnya dengan keberadaan ritel-ritel kecil, dengan pesatnya perkembangan ritel besar telah memundurkan perkembangan ritel ini. Ritel kecil selalu terdesak keberadaannya, padahal ritel kecil merupakan pemain lama dalam perekonomian ini. Ritel kecil merupakan tonggak perekonomian, karena keberadaannya banyak menampung pedagang-pedagang kecil yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ritel kecil dibenahi agar terus berperan dalam perekonomian negara ini. Dari segi teknis, maka pengelolaannya harus ditingkatkan agar keberadaannya tetap terjaga.

Negara kita bukan negara liberal yang mana sangat mayoritas semuanya diserahkan pada pasar, maka ritel kecil merupakan tanggung jawab pemerintah untuk selalu menjaga keberadaannya. Pemerintah harus mampu mengambil kebijakan agar ritel kecil tetap berdiri sebagai tonggak perekonomian bangsa. Dalam menghadapi tekanan dari ritel-ritel besar, maka pemerintah harus bisa mengambil kebijakan yang berpihak pada keberadaan ritel kecil, karena seperti diketahui cikal bakal adanya ritel besar pasti diawali dari ritel kecil mustahil rasanya ritel besar berdiri tanpa didahului dari ritel kecil. Perbaikan infrastruktur harus diperhatihan pemerintah., dengan baik dan layaknya infrastruktur, maka ritel-ritel kecil layak digunakan sebagai proses transaksi jual beli.

Sekarang ini sudah mulai terlihat, bahwa pertumbuhan ritel besar di kota besar seperti Jakarta sudah mulai stagnan. Seiring dengan perkembangannya tersebut, ritel besar menghadapi masalah seperti lokasi/tempat pendirian usaha dan serta tingginya harga lahan/tanah. Lokasi untuk pendirian ritel sudah semakin susah diperoleh karena semakin padat dan sempitnya kota. Keadaan yang demikian telah merubah paradigma pendirian ritel besar, sekarang pendiriannya lebih cenderung kedaerah pinggiran-pingiran kota yang merupakan daerah pusat pertumbuhan baru.

Adanya fenomena yang demikian,maka hal tersebut merupakan keuntungan bagi ritel-ritel kecil. Ritel kecil harus mampu berbenah agar dapat bersaing dan menarik para konsumen. Apabila pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan keadaan akan berbalik. Ritel kecil akan lebih berkembang disbanding ritel besar.

Kamis, 07 Mei 2009

PROBLEM UMAT ABAT 21

Oleh : Zulkifli
(alumni FEUNP)

Masalah merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kita yang hidup di dunia ini. Hidup ini tidak ada yang mulus menurut apa yang di inginkan. Likaliku perjalanannya penuh dengan ujian, kadang terasa menyenangkan kadang memang butuh kesabaran dalam menghadapinya.
Tuhan telah menciptakan dua hal yang selalu berlawanan bagi umatnya, seperti ada siang dan malam, kejadian ini tentu ada tujuan dan manfaat bagi makhluk ciptaannya. Di lain hal juga ada salah dan benar, hujan dan panas, tentu juga kalau ada masalah maka ada pemecahannya. Begitulah hidup ini selalu ada terdapat dua hal yang bertolak belakang sebagai bumbunya.
Orang bahkan bilang hidup ini akan terasa berarti apabila merasakan kedua hal-hal yang berlawanan tersebut, sebab kalau tidak tentu akan terasa menoton dalam menghadapinya. Tidak bervariasinya hidup juga membuat orang tidak berfikir dan mengeluarkan ide-ide untuk kebaikan serta mengubah hidupnya kearah yang lebih baik.
Setiap kita melangkah memang di depan kita akan ada problem yang telah menunggu. Kalau mau sukses hal tersebut harus dilalui dan dihadapi, karena tidak ada cita-cita itu berjalan mulus tanpa ada hambatan. Seperti kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW juga punya banyak masalah selama perjalanan hidupnya. Bahkan masalah yang dihadapi beliau cukup riskan karena menyangkut kepercayaan sebab ini merupakan masalah yang sakral.
Masalah yang dihadapi tidak saja masalah yang skupnya lebih kecil, namun demi menegakkan kebenaran dimuka bumi ini beliau berhadapan dengan suatu negeri. Walau masalahnya cukup pelik, namun beliau tidak gentar menghadapinya, bersama para sahabat beliau pindah ke negeri lain yaitu yang dinamakan Madinah.
Masalah tidak hanya sampai di situ, di Madinah tentu juga banyak onak dan duri yang beliau hadapi, namun atas izin Nya semua berhasil beliau hadapi. Sekarang ini di setiap belahan dunia ada orang yang memeluk agama Islam. Dengan demikian agama Islam juga merupakan agama yang terbesar saat ini. Walaupun demikian di akhir-akhir kehidupan Nabi Muhammad SAW, beliau berkata pada sahabat bahwa ia mencemaskan kehidupan umatnya di kemudian hari. Walaupun umat Islam jumlahnya banyak, namun mereka bagaikan buih di tengah lautan. Hal itulah yang dirasakan sekarang ini, terutama di Indonesia yang terkenal mayoritas penduduknya beragama Islam.
Banyak masalah yang dihadapi umat sekarang ini, namun sampai sekarang seolah-olah kita sudah terlena dan terbuai dengan perkembangan zaman sehingga tidak menyadarinya. Adapun problem yang dihadapi umat saat ini diantaranya:

Tidak bersatunya umat dalam berpolitik.
Adalah fenomena yang tidak asing lagi bahwa terpecahnya umat Islam dalam partai politik demi meraih jabatan dan kedudukan di negeri ini. Umat tidak lagi bersatu untuk mencapai suatu kata sepakat, namun berusaha mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Seperti kita lihat partai-partai pada pemilu 2004 lalu mayoritas partai yang ada didirikan oleh umat Islam sendiri, namun kenapa partai-partai tersebut tidak bersatu agar dapat menguasai suara dalam pemilu.
Dengan banyaknya partai Islam, maka umat Islam terkotak-kotak sehingga umat jadi terpecah-pecah, bahkan yang lebih disayangkan lagi partai yang sudah berdiri pun bisa mempunyai dua massa yang berbeda sehingga akhirnya terpecah sehingga tentu suaranya akan semakin mengecil. Maka tidak aneh bahwa partai non Islam yang basisnya sangat kecil bisa menonjol dan berbicara, sehingga kita harus menyadari hal itu karena kita mayoritas kenapa harus mengekor pada minoritas.

Miskinnya umat Islam itu sendiri.
Kemiskinan memang masalah yang telah lama menggerogoti umat selama ini. Apabila kita berjalan ke suatu daerah dengan mobil atau motor, maka dapat dilihat orang meminta-minta sumbangan di tepi jalan. Untuk membangun atau melanjutkan pembangunan sebuah mesjid atau mushalla maka dikumpulkan lembaran-lembaran uang ribuan bahkan ratusan yang disumbangkan oleh para pengendara yang lalu lalang.
Begitulah secuil situasi yang terjadi sekarang ini untuk membangun tempat ibadah kita masih berpanas dan berdebu menunggu uluran tangan para pengemudi. Sementara kita umat yang mayoritas kenapa masih banyak hal-hal itu terjadi, pada umat yang lain hal ini tidak ada kita temukan. Walaupun umat lain minoritas di negeri ini namun ia tidak kesulitan dalam melakukan pembangunan. Hal-hal seperti ini tentu sangat menjatuhkan harga diri umat Islam itu sendiri, sebab dalam melakukan sebuah pembangunan kita sudah merasa kesulitan. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan ke mana umat Islam yang lainnya atau apakah tidak ada dermawan dari umat Islam itu sendiri?.
Belum lagi masalah kehidupan pribadi umat sendiri, dimana-mana kita masih menemukan rumah tangga miskin. Jangankan untuk menyekolahkan anaknya, untuk mencukupi kebutuhan dapur saja mereka sudah kesulitan. Kadang anaknya tidak punya harapan dan cita-cita yang jelas, sebab sulitnya kehidupan yang mereka lalui. Masih banyak yang putus sekolah sementara sang anak sendiri masih ingin melanjutkan pendidikannya.
Fenomena yang lebih memperhatikan lagi disatu sisi ada keluarga miskin, namun di sisi lain terdapat keluarga yang berkecukupan. Bahkan mereka sudah lebih dua kali menunaikan ibadah haji dan masih ingin ke tanah suci, sementara dilingkungannya masih ada orang-orang yang butuh bantuan. Kenapa tidak dibantu saudara kita tersebut dari pada setiap tahun pergi ke tanah suci. Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagaimana hukumnya orang yang naik haji tersebut sementara saudaranya masih ditimpa kesusahan?. Namun fenomena seperti ini masih sering kita temui, umat muslim kadang memang lebih mementingkan kepuasan batinnya sementara ia lupa bahwa orang lain sangat membutuhkan pertolongannya.



Lemahnya pemahaman tentang agama Islam itu sendiri.
Terjadinya pencopetan, pembunuhan, perkelahian, dan lain-lainnya, mayoritas pelakunya adalah umat Islam itu sendiri. Mengapa hal itu bisa terjadi?, ini perlu menjadi renungan kita bersama, apakah yang salah pada diri kita sebagai umat Islam. Kenapa dengan mudah seseorang mau menyakiti saudaranya sendiri. Bagaimanakah ajaran Islam itu, apakah sudah mendarah daging pada umat Islam tersebut. Penggalian dan pemahaman terhadap agama harus ditingkatkan, sebab dalam ajaran agama tentu tidak ditemukan kekerasan seperti yang dilakukan oleh umatnya.
Kadang agama hanya sebagai tameng dan pelengkap registrasi saja, sementara umatnya sendiri tidak mangamalkannya. Apabila ditanya agamanya maka tanpa ragu-ragu di jawab Islam, namun dilihat prilaku dan kehidupannya sehari-hari bertentangan dengan agama Islam. Apabila ia dibilang tidak beragama Islam bukan main marahnya, bahkan tangan pun bisa melayang secepat pengakuan keislamannya. Kenyataan yang demikian membuat lahirnya istilah “Islam KTP”, agama Islam hanya pada kartu tanda penduduk, sehingga Islam itu sediri disimpan didalam saku dan dibawa kemana-mana.
Lemahnya pemahaman tentang agama tersebut dapat di lihat dengan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan saat ini. Hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah non Islam lebih eksis di negeri ini, ketimbang sekolah yang berlatar agama seperti MTSN dan MAN. Kadang sekolah agama di nomorduakan , orang akan berlomba-lomba dulu masuk SMP atau SMA. Persaingan masuk sekolah non agama akan terasa lebih sulit dibanding sekolah agama. Bagi yang lulus maka tak terkira senang hatinya sedang, bagi yang tidak mempunyai kesempatan untuk duduk di SMP/SMA, maka baru masuk pada pilihan ke dua yaitu MTSN/MAN. Begitulah pemahaman yang terjadi ditengah-tengah masyarakat sekarang ini.
Masyarakat awam berasumsi bahwa MTSN/MAN ataupun juga pesantren itu hanya akan menjadi ustad atau kiyai sehingga masa depan tidak jelas. Sementara masuk SMP/SMA masa depan akan lebih baik dan terarah. Begitulah persepsi dalam masyarakat yang selalu berpandangan rendah pada sekolah agama.
Di negara yang mayoritas muslim, namun yang eksis adalah sekolah-sekolah non agama yang merupakan metode peninggalan para penjajah. Sekarang baik di kota maupun di kabupaten cukup sekolah-sekolah non agama. Hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah non agama seperti SMP/SMA mutu lulusannya lebih dapat berbicara dibanding sekolah agama. Kenapa hal ini bisa terjadi?. Coba kalau masyarakat atau orang tua menyekolahkan anak-anaknya, terutama anak yang cerdas ke sekolah agama, maka nantinya juga akan terdapat lokal-lokal unggul layaknya seperti sekolah non agama. Hal ini juga akan mengeluarkan lulusan-lulusan yang baik dan berkualitas yang kelak akan berguna bagi perkembangan agama ini.

Rendahnya pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbicara dunia pengetahuan saat ini memang umat Islam sudah tertinggal dibanding bangsa Barat. Bahkan umat Islam sendiri meminta bantuan pada bangsa Barat dalam soal pemahaman teknologi. Dulu umat Islam mempunyai tokoh yang menjadi panutan dan disegani di dunia, namun sekarang penerus-penerus seperti Ibnu Sina tidak ada lagi. Kita hanya bisa mengekor pada bangsa Barat. Kenapa hal itu bisa terjadi?, padahal Al Qur’an yang menjadi pegangan dan sumber ilmu pengetahuan ditinggalkan untuk umat Islam sendiri. Apapun kejadian di dunia telah ada dijelaskan di dalamnya, namun umat Islam sendiri tidak memahami hal itu.
Orang-orang Barat dapat memahami dan mempelajari isi kandungan Al Qur’an sendiri, sehingga ia dapat dapat memanfaatkannya untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Bahkan juga ada kita dengar bahwa ilmuan-ilmuan Barat itu ada yang beralih kepercayaan setelah memahami isi kandungan Al Qur’an tersebut. Namun umat Islam sendiri banyak yang kurang memahaminya sehingga ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya tidak dapat dimanfaatkan umat Islam sendiri. Kurang etis rasanya kita selalu berbangga-bangga bahwa apa yang diciptakan manusia di dunia ini selalu telah diterangkan dalam Al Qur’an, namun penemuan-penemuan itu lebih didominasi oleh bangsa Barat.
Dengan perkembangan teknologi tersebut orang Barat telah menciptakan produk-produk yang sangat membantu manusia dalam hidup keseharian, seperti hand phone dan TV, itu merupakan produk Barat yang sangat mendominasi sekarang ini. Umat Islam lebih banyak berperan sebagai konsumen. Belum lagi saat ini maraknya perkembangan warung internet atau dikalangan remaja lebih dikenal dengan warnet. Dengan kecanggihan perkembangan teknologi sekarang ini orang dapat menjelajah dunia maya tanpa batas. Orang-orang dapat mengetahui dan mengakses daerah yang diingininya. Namun sisi negatifnya juga banyak, warnet dapat merusak mental para remaja karena ia dapat mengakses hal-hal yang berbau ografi. Sehingga para remaja Islam terpengaruh oleh hal-hal yang demikian, warnet bukan lagi dijadikan tempat mencari ilmu atau tugas-tugas sekolah, namun untuk melihat hal-hal yang jauh dari ajaran agama. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi umat Islam itu sendiri. Remaja-remaja lebih senang pergi kewarnet, bahkan berjam-jam pun ia kerasan ketimbang mempelajari dan membaca Al Qur’an. Padahal membaca Al Qur’an saja sudah mendapat pahala apalagi bila dipahami dan menggunakannya untuk kemaslahatan umat tentu kita akan mendapat pahala yang lebih besar sebagai bekal menuju akhirat nantinya.

Masih adanya kristenisasi.
Masalah kristenisasi bukan masalah yang baru bagi umat Islam. Hal ini telah berlangsung sejak lama dan yang diuji adalah Aqidah kita sendiri. Semakin sulit dan susahnya kehidupan sekarang ini menyebabkan orang terjebak akan hal ini. Dengan mudah ia mau mengubah keyakinannya demi mendapatkan apa yang diinginkan.
Dengan segala macam cara orang mempengaruhi umat Islam sendiri terutama para remaja yang sangat rentan atas penyakit kristenisasi tersebut. Kaum remaja mudah terpengaruh apalagi didukung oleh orang tua yang kurang perhatian terhadap sang anak, sehingga terjadi kebingungan dan kegalauan dihatinya. Sang anak tentu sangat menginginkan ketenangan dan kedamaian. Dengan kondisi keluarga yang demikian, maka ia menjadi terombang ambing tanpa arah yang pasti. Kristenisasi sangat ampuh dalam kondisi seperti ini, apalagi diberi iming-iming yang sangat mengesankan tentu ia akan terpengaruh. Malah yang lebih parah lagi yang diserang bukan saja para remaja yang nota bene pendidikannya melalui jenjang non agama (SMP/SMA), namun juga sekolah agama. Dengan demikian anak-anak yang di kira akan mempunyai pemahaman dan keyakinan yang kuat itulah yang dapat dipengaruhi.

Itulah sekelumit masalah atau problem belakangan ini yang menyelimuti umat Islam. Untuk memperbaiki dan memecahkan masalah tersebut, dibutuhkan dulu pengoreksian dan perbaikan diri masing-masing. Kita harus menyadari dan memahami agama ini dengan sebenar-benarnya dan menjalankan perintah dan menjauhi segala larangannya. Apabila diri ini sudah bisa dikontrol, maka harus melangkah pada kelompok kecil yang dinamakan keluarga agar dapat berbuat sesui dengan ajaran agama. Kalau hal itu sudah dapat diperbaiki, maka tentu lingkungan masyarakat atau negara akan berangsur-angsur baik. Secara bersama-sama harus disadari bahwa sudah saatnya kita memperbaiki diri. Selama ini buaian dunia telah merasuki umat Islam sehingga tidak disadari lagi bahwa banyak bahaya yang akan timbul kalau masih terus mengikuti hawa nafsu tanpa mempunyai pegangan yang kuat.
Apabila setiap umat Islam telah sadar tentu nantinya akan tercipta masyarakat yang aman, sejahtera jauh dari yang namanya masalah. Apabila umat sudah bersatu apapun masalah yang dihadapi, maka atas izinnya semuanya akan bisa diselesaikan. Sehingga tidak lagi terdengar jeritan-jeritan saudara kita yang mengeluh akibat masalah ekonomi yang di hadapinya. Dan juga fenomena selama ini seperti pembunuhan, pencurian, korupsi tidak lagi terdengar bahwa umat Islam pelakunya. Semua ini tentu menjadi harapan bagi semua orang yang berpegang pada dua pegangan yang ditinggalkan yaitu Al Qur’an dan Hadis.

Jumat, 22 Februari 2008

APAKAH HANYA SERTIFIKASI SAJA?

APAKAH HANYA SERTIFIKASI SAJA?
Oleh : Zulkifli
(Mhs FE UNP)

Tidak asing lagi bahwa dunia pendidikan Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia rendah. Walau menjamur sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi di negeri ini namun out put belum bisa begitu bisa dihandalkan, apakah penyebab hal ini terjadi ?

Dulu di era 70-an Malaysia merupakan konsumen untuk tenaga pendidik Indonesia. Banyak guru-guru negeri ini yang mencoba peruntungan di sana. Malaysia memang kekurangan guru untuk mengajar di instansi pendidikan. Namun berkat kerja keras dan kesungguhan pemerintah Malaysia memperhatikan dunia pendidikannya, maka sedikit demi sedikit pendidikan Malaysia tersebut berkembang.

Adalah fenomena yng tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pendidikan Malaysia sudah meninggalkan Indonesia. Dengan kegigihan dan kerjatkeras pemerintahnya pendidikan Malaysia sudah memperlihatkan kualitasnya. Dulu pemuda-pemuda Malaysia menuntut ilmu ke Indonesia namun sekarang hal ini terbalik malah pemuda Indonesia yang belajar ke negeri tersebut. Mempunyai kesempatan belajar di negeri Jiran tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi pemuda Indonesia, sehingga Malaysia merupakan salah satu yang menjadi tujuan bagi pemuda Indonesia untuk melanjudkan studinya.

Tidak saja sampai di situ bahkan sekarang ini pemerintah daerah, baik itu kabupaten maupun kota rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup besar guna untuk melakukan studi banding ke negeri Jiran tersebut. Fenomena ini tentu bertolak belakang, dulu kita menjadi pusat percontohan pendidikan bagi Malaysia, namun sekarang malah Indonesia yang belajar ke Malaysia. Studi banding tersebut tentu bertujuan untuk melihat dan mempelajari bagaimana pemerintah Malaysia memainkan perananannya dalam dunia pendidikan.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan akhir dari studi banding tersebut akan berbuah Memorandum of Understanding (MoU). MoU itu berupa kerjasama antara pemdanya Malaysia dengan pemdanya Indonesia yang melakukan studi banding tersebut, sehingga sekarang ini banyak terjadi pertukaran pelajar antara kedua negara. Bahkan perguruan tinggi pun tidak mau ketinggalan, sehinga terjadi kerja sama antar perguruan tinggi. Selain terjadinya pertukaran informasi juga di buka kelas-kelas khusus yang bertujuan untuk dikirim nantinya ke salah satu perguruan tinggi di Malaysia. Diakhir-akhir masa studinya, maka ia dikembalikan ke perguruan tinggi asalnya. Ujung dari semua ini tentu bertujuan pada peningkatan SDM dalam negeri. Dari fenomena tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan Malaysia lebih unggul dalam meningkatkan SDM.

Melihat realita tersebut tentu terfikir di benak kita, kenapa Indonesia yang lebih duluan star namun sekarang sudah di dahului oleh Malaysia, apa penyebabnya ?

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru merupakan tenaga pendidik untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa, namun banyak kita malihat guru-guru yang mempunyai multi profesi. Bahkan jabatannya sebagai seorang guru kadang terkesan hanya untuk mengulang-ulang ilmu yang mereka peroleh dibangku pendidikan dulu. Kadang kalau di tanya mengenai profesinya, mereka agak enggan untuk menjawabnya, seolah-olah menjadi guru merupakan suatu profesi yang tidak menyenangkan.

Untuk mengimbangi image yang demikian, maka seorang guru mencari kerja sampingan atau profesi lain. Bagi mereka yang mempunyai modal besar tentu ia akan membuka toko atau tempat bimbingan belajar. Namun ada juga bagi guru yang tinggal di daerah pedesaan, mereka tidak segan-segan untuk turun ke sawah mengolah lahannya. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, di salah satu berita di stasiun televisi kita melihat bahwa ada seorang guru yang melakukan profesi sebagai tukang ojek setelah selesai mengajar. Sepulang sekolah tentu sangat melelahkan, apalagi kalau mengajar full tentu sangat menguras energi. Namun untuk memenuhi kebutuhan, maka profesi demikian terpaksa digelutinya. Kalau di lihat lebih medetil lagi maka banyak ragam kegiatan sampingan yang dilakukan oleh seorang guru.

Profesi-profesi di luar sebagai seorang guru tersebut, di lakoni karena masih rendahnya gaji yang mereka terima, sementara hari kehari kebutuhan selalu meningkat sehingga tidak cukup hanya mengandalkan gaji semata. Apalagi kalau seorang guru mempunyai tanggungan yang sedang mengecap pendidikan tentu butuh biaya yang besar, maka untuk mencukupi kebutuhan tersebut dicarilah peluang-peluang usaha lain.

Dengan adanya fenomena demikian, tentu dalam mengajar seorang guru tidak bisa fokus lagi, karena ia harus memikirkan hal yang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Sehingga kadang seorang guru hanya mengajar untuk melepas tanggung kan jawab saja. Adanya kenyataan demikian tentu proses belajar mengajar (PBM) tidak akan sesuai dengan yang diharapkan sehingga berdampak pada out put yang dihasilkan nantinya.

Karena semakin merosotnya kulitas pendidikan negeri ini, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang sertifikasi guru dan dosen. Sertifikasi guru telah dilakukan beberapa tahap mulai dari guru tingkat SD sampai ke perguruan tinggi. Walaupun seorang guru tidak lolos dalam sertifikasi, maka ia akan diberi semacam pelatihan atau diklat yang nantinya juga akan dapat sertifiksi.

Dengan adanya sertifikasi tersebut, tentu merupakan babak baru bagi guru dan dosen, oleh sebab itu guru berlomba-lomba untuk memperolehnya dengan melengkapi berbagai syarat yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan. Apabila seorang guru lulus dalam sertifiksi maka pemerintah akan meningkankan penghasilannya.

Sertifikasi merupakan salah satu solusi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen. Dengan adanya sertifikasi ini maka tentu dampak yang diharapkan pemerintah pemerintah adalah meningkatnya kualitas pendidikan. Dengan meningkatnya kesejahteraan guru tentu ia akan lebih dituntut untuk fokus mengapdi pada dunia pendidikan, karena kita tahu majunya pendidikan suatu negara akan berdampak pada pembangunan negara tersebut.

Salah satu dampak dari sertifikasi tentu meningkatnya incame guru, namun spakah hanya dengan sertifikasi tersebut akan meningkatkan kualitas pendidikan?. Hal ini perlu direnungkan bahwa meningkatnya kualitas pendidikan tidak saja tergantung pada kesejahteraan tenaga pendidik, namun juga tergantung pada anggaran yang dianggarkan pada sektor pendidikan tersebut. Seperti kita ketahui di Malaysia anggaran untuk bidang pendidikan sudah mencapai angka 20%, namun bagaimanakah dengan Indonesia?.

Masih rendahnya anggaran pendidikan di negeri ini adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi. Setiap sekolah tentu harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar proses belajar mengajar (PBM) berjalan dengan lancar. Setiap sekolah tentu harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar PBM dapat berjalan dengan lancar. Misalnya dilengkapi dengan adanya pustaka, labor dan sebagainya yang dapat menunjang PBM, namun bagaimanakah kondisi sekolah-sekolah sekarang ini ?.

Fenomena yang juga kita lihat sekarang ini bahwa setiap sekolah mempunyai lokal-lokal yang terbatas sehingga setiap lokal terjadi penumpukan siswa. Kondisi ini tentu mambuat PBM tidak dengan efektif. Sejak dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi banyak terdapat lokal yang tidak ideal, hal ini tentu sangat berpengaruh terpengaruh terhadap hasil dari PBM.

Kelas atau lokal yang ideal tentu mempunyai siswa maksimal hanya 25 orang. Dengan demikian tentu seorang guru mudah mengontrol dan mengendalikan siswanya. Pengontrolan kelas sangat diperlukan karena melalui itulah nantinya siswa akan memahami pelajaran yang disampaikan, namun apabila guru tidak bisa menguasai kelas maka apa yang diterangkan tentu akan sulit dimngerti oleh siswa.

Apabila pemerintah ingin menciptakan kelas yang ideal,. maka pemerintah harus menambah lokal-lokal pada hampir setiap jenjang pendidikan, karena mungkin baru sebagian kecil sekolah-sekolah yang telah sanggup menerapkannya. Jangan bicara Indonesia dulu mungkin cukup bicara wilayah Sumatera Barat, tentu pemerintah harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk penambahan sarana belajar tersebut. Karena kita mengetahui bahwa saat ini umumnya sekolah-sekolah belum mempunyai kelas yang ideal, sehingga lembaga pendidikan sekarang ini terkesan lebih menonjolkan kuantitas dari pada kualitas.

Oleh sebab itu untuk memperbaiki kualitas pendidikan tersebut, pemerintah harus meningkatkan anggarannya. Masih banyak lagi sarana dan prasarana yang harus di tambah dan diperbaiki. Mustahil untuk meningkatkan pendidikan negeri ini hanya dengan meningkatkan kesejahteraan guru, sementara anggaran pada sektor pendidikan masih terlalu minim.

Walau kesejahteraan guru sudah meningkat namun kalau sarana dan prasarana kurang memadai tentu out put yang diharapkan nantinya tidak begitu memuaskan. Bagaimana PBM akan berjalan dengan baik sementara lokal penuh dan terbatasnya alat-alat yang digunakan. Dengan demikian sertifikasi dengan anggaran pendidikan bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan, sebab keduanya saling mendukung dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila ingin meningkatkan kualitas pendidikan jangan hanya meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik namun anggaran pendidikan juga perlu ditingkatkan.

Apabila sertifikasi sudah dibarengi dengan peningkatan anggaran pendidikan tentu PBM akan bisa berjalan dengan baik. Segala kekurangan dan kesulitan akan dapat diselesaikan, sehingga nantinya PBM akan dapat berjalan dengan baik. Guru tidak lagi mengeluh kekurangan atau terbatasnya sarana dalam belajar, dengan demikian tentu akan dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing nantinya. Sehingga dunia pendidikan kita tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang lain, karena melalui dunia pendidikan ini nantinya akan melahirkan pemikir-pemikir yang akan membangun bangsa dan negara ini.

Rabu, 13 Februari 2008

MUDAHNYA GELAR DI NEGERI KU


MUDAHNYA GELAR DI NEGERI KU
Oleh ZULKIFLI

Tidak ada yang bisa dijagakan di negeri ini. Jago di sini tentu bukan adu otot, namun di sini tentu jago dalam arti kata orang merasa orang merasa hormat dan menghargai kita. Orang lain akan mengagumi dan hormat tentu karena ada nilai lebih pada negeri ini. Namun apakah yang sudah dapat menjadi kebanggaan negeri ini?. Dari segi teknologi kita sudah jauh tertinggal dibanding negara lain. Jangan dulu bicara dunia, di kawasan pun teknologi kita sudah jauh tertinggal. Di lihat dari segi ekonomi kita juga tidak bisa berbicara di dunia internasional. Katanya negeri ini juga kaya akan sumber daya alam (SDA), namun yang mengolah orang asing maka hasil yang di peroleh belum maksimal. Semua kenyataan di atas tentu akan bisa lebih baik apabila dunia pendidikan sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Namun kenyataannya dunia pendidikan negeri ini sudah jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Dunia pendidikan di Malaysia mendapat perhatian yang serius dari pemerintahnya, sehingga dana yang dianggarkan pun cukup besar. Kalau di banding dengan anggaran pendidikan di Indonesia, maka negara kita jauh tertinggal anggaran pendidikannya terlalu minim. Walaupun pemerintah sudah mengatakan menaikkan anggaran pendidikan, tetapi kenyataannya masih saja menjadi perdebatan.

Salah satu faktor yang menentukan maju mundurnya suatu negara dapat di lihat pada sektor pendidikan. Apabila mutu pendidikan sudah meningkat maka juga akan dibarengi membaiknya kualitas suatu negara. Memperbaiki mutu pendidikan merupakan aset jangka panjang karena nantinya akan melahirkan orang-orang yang mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk membangun suatu negara. Dengan demikian maka sektor pendidikan merupakan aset penting dalam membangun suatu negara.

Apakah dunia pendidikan dibiarkan begitu saja tanpa mendapat perhatian yang serius dari pemerintah?. Tentu tidak, dunia pendidikan perlu ditingkatkan mutunya sebab merupakan cerminan suatu bangsa. Bangsa yang baik dan besar tidak saja bangsa yang kaya akan SDA tetapi bangsa yang besar juga bangsa yang rakyatnya mempunyai knowledge yang tinggi. Dengan knowledge tersebut orang akan bisa melakukan apapun sesuai dengan keahlian yang dimiliki sehingga akan dapat memajukan negara. Dunia pendidikan akan menghasilkan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan skill untuk membangun sebuah negara.

Akan kah dunia pendidikan Indonesia telah mampu bicara ditingkat dunia Internasional. Hal ini merupakan pertanyaan yang perlu menjadi renungan bersama sebab sudah lebih setengah abat umur negara ini. Setiap tahun pemerintah berupaya agar kualitas pendidikan itu ditingkatkan, namun terus saja terdapat hal-hal yang merusak citra pendidikan itu sendiri.

Dunia pendidikan Indonesia masih dibumbui dengan manipulasi-manipulasi. Dunia pendidikan bisa jadi bulan-bulanan orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Adanya indikasi-indikasi tersebut membuat dunia pendidikan kita menjadi jelek bahkan tidak berkualitas. Orang mudah melakukan kekurangan-kecurangan karena rendahnya pengawasan.

Rendahnya pengawasan dalam dunia pendidikan telah menjadi ladang dan peluang bagi sebagian orang. Untuk mencapai tujuannya, orang akan bermain didalamnya. Kita masih melihat dan mendengar adanya praktek-praktek pencaloan di saat ujian. Misalnya seorang joki akan bisa menggantikan orang yang bersangkutan untuk ujian. Si joki hanya butuh tanda pengenal ujian, apakah itu daftar ujian atau kartu mahasiswa. Dengan bemodalkan mental dan keberanian si joki akan ikut dalam ujian.

Saat ujian berlangsung pengawas seolah-olah tidak ambil pusing dengan keadaan sekitarnya. Sang pengawas lebih banyak duduk di bangku yang telah disediakan sambil menikmati beberapa makanan dan segelas air mineral yang dibagikan panitia ujian. Apapun yang terjadi di ruangan ia sepertinya tidak mau tau.

Sang pengawas hanya berjalan ketika mengambil absen peserta. Setelah selesai ia kembali ke singgasananya. Pengawas tidak pernah memperhatikan dan mencek peserta ujian. Apakah peserta ujian telah sesuai dengan data mahasiswa yang bersangkutan, itu seolah-olah bukan urusan pengawas. Hal inilah yang di temui dalam dunia pendidikan negeri ini.

Setelah si joki berhasil melakukan eksperimennya, tentu terpikir di benak kita mudahnya mencari gelar di negeri ini. Tanpa mengikuti ujian pun seseorang bisa memperoleh yang diinginkannya. Hal ini sangat disayangkan karena begitu mudahnya seseorang menyelesaikan pendidikannya.

Seseorang melanjutkan studinya bukan lagi berorientasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Namun sudah di salah artikan selama ini. Melanjutkan pendidikan hanya untuk memperoleh gelar. Dengan berlabelkan sarjana atau master ia akan mudah memperoleh jabatan. Sehingga di negeri ini gelar bukan menambah orang menjadi pintar tetapi gelar hanya untuk mengukuhkan ia pada suatu jabatan. Dengan naiknya jabatan tentu juga akan berpengaruh pada gaji yang akan diterimanya.

Apabila meraih gelar dengan cara yang tidak wajar, tentu dalam mengemban tugas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ataupun penyalahgunaan jabatan nantinya. Namun realita-realita yang demikian ditemui di negeri ini.

Dari problema-problema di atas, maka hal yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan. Dunia pendidikan akan lebih baik dan bermutu apabila ada perhatian dan pengawasan yang baik dari pemerintah. Apabila hal ini tidak menjadi perhatian yang serius dari pemerintah maka akan menambah muram citra dunia pendidikan negeri ini.

Adanya tindakan-tindakan yang memanfaatkan dunia pendidikan demi kepentingan individu atau kelompok perlu ditindaklanjuti. Pemerintah harus dapat menindak tegas dan memberi sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut. Kejelian dan pengawasan pemerintah melalui dinas terkait sangat diharapkan agar tindakan-tindakan yang merugikan itu dapat dihilangkan.

Dan juga hati nurani kita sebagai anak bangsa perlu dipertanyakan, hanya demi memperoleh kedudukan dan jabatan kita melakukan hal-hal yang demikian. Kesadaran kita perlu ditumbuhkan demi mengangkat citra pendidikan ini. Apabila kita sudah menyadari bahwa tindakan yang dilakukan salah, maka tentu tidak akan dikerjakan. Sehingga hal ini dapat mengubah paradigma pendidikan di negeri ini. Dengan demikian ke depan diharapkan mutu pendidikan kita lebih baik dan dapat menghasilkan manusia-manusia yang mampu membangun negeri ini. (mhs FE UNP)

SEJAK AWAL KOMPETISI ITU SUDAH DILALUI

SEJAK AWAL KOMPETISI ITU SUDAH DILALUI

Kita mengetahui yang namanya kompetisi, sebuah kata yang membuat orang sedih, kecewa, bahagia, bahkan stres. Timbulnya perasaan-perasaan demikian disebabkan oleh imbas dari suatu kompetisi. Orang akan bahagia apabila berhasil melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, namun juga banyak yang sedih, kecewa bahkan stres karena hasil yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan melalui media masa sering kita mendengar bahwa sering di akhir tahun ajaran ada murid yang bunuh diri. Hal ini merupakan tindakan yang tentu tidak kita inginkan, hanya gara-gara tidak lulus atau naik kelas ia mengambil jalan pintas. Kenyataan ini menggambarkan kepada kita seorang yang gagal dalam sebuah kompetisi dengan mudah mau mengakhiri hidupnya.

Kompetisi merupakan suatu harapan yang ingin diraih seseorang melalui persaingan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang tentu mempunyai keinginan atau harapan, namun tidak semua orang bisa meraihnya dengan baik. Untuk sukses dalam sebuah kompetisi butuh waktu, perjuangan dan kerja keras. Semuanya tidak semudah membalik telapak tangan, tapi butuh usaha untuk memperolehnya.

Untuk mencapai dunia yang fana ini juga melalui kompetisi. Semua hal tersebut akan dilalui agar mencapai finis dengan baik. Mulai pertemuan sperma dengan sel telur di dalam rahim sudah terjadi kompetisi. Hal ini juga dijelaskan pada surah Al Mu’minun ayat 12 – 14. Berjuta-juta Benih yang tertanam ke dalam rahim, hanya satu yang menjadi cikal bakal manusia. Kompetisi itu bukan hal yang mudah, sebab berapa banyaknya yang harus disisihkan. Terjadinya kompetisi yang saling mengalahkan di dalam rahim tersebut hanya satu yang sukses melewatinya. Kalaupun ada yang kembar itu merupakan kejadian yang luar biasa yang merupakan hal yang langka.

Berhasilnya suatu benih tersebut, maka untuk tahap selanjutnya akan terjadi semacam pengkarantinaan. Melalui proses, benih tersebut akan tumbuh dan berkembang, namun dalam perkembangannya masih ada juga yang gagal atau gugur. Setiap benih yang tertanam dalam rahim tidak selamanya mencapai wujud manusia, karena di dalam perjalanannya benih tersebut gugur atau lebih populer dikenal adanya keguguran kandungan.

Setelah melalui perjalanan lebih kurang sembilan bulan barulah kita bisa menghirup udara di dunia yang penuh tantangan dan juga peluang. Hal ini merupakan awal dari babak selanjutnya yang akan dilalui. Mulai dari menggerakkan badan, belajar berdiri dan akhirnya pandai berjalan. Kemudian tahap berikutnya kita mulai belajar bicara, makan, mandi dan lain-lain yang semuanya butuh usaha dan kerja keras. Apabila si anak hanya diam dan tidak mau berusaha tentu ia tidak akan dapat melakukan apapun. Perkembangannya menjadi tidak normal sehingga pertumbuhannya akan terhambat.

Hal yang harus disadari bahwa kita telah berhasil melalui tahap dari kompetisi sebelumnya. Akan kah untuk selanjutnya kita harus teremilinasi dari suatu kompetisi. Dalam babak penyisihan kita telah lolos dan maju ke babak selanjutnya, apakah kita akan mengalah untuk selanjutnya?. Tentu tidak, walau bagaimanapun kita harus berjuang bagaimana harus mencapai final bahkan juara sekalipun harus diraih. Oleh sebab itu kita harus memanfaatkan peluang-peluang yang ada agar dapat memperoleh yang terbaik dalam hidup ini. Lahir ke dunia merupakan satu dari jutaan bibit yang ada didalam rahim. Dengan demikian tentu kita mempunyai suatu keunggulan atau kelebihan. Hal itu harus disadari karena dari situ nantinya akan lahir manusia-manusia yang sukses sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya.

Nah sekarang apakah kita mau kalah dalam kompetisi, sementara kita merupakan hasil seleksi sebelumnya?. Lelucon ini perlu menjadi renungan sebab dalam meraih kesuksesan, apakah itu gelar, pangkat, dan pekerjaan tentu penuh dengan persaingan. Mustahil sebuah pekerjaan atau kesuksesan itu jatuh dari langit begitu saja sementara kita tidak mengembangkan kualitas diri.

Oleh sebab itu apapun yang akan diraih, maka harus gait berlatih, belajar, dan berusaha semaksimal mungkin karena ini merupakan sebuah proses dalam mencapai tujuan yang kita inginkan. Kita kenal dengan gelar Doktor atau Profesor, semua orang tentu mendambakan gelar tersebut karena merupakan penghormatan kepada seseorang. Namun untuk meraih gelar tersebut butuh perjuangan yang panjang, penuh tantangan dan rintangan serta pengorbanan baik waktu maupun pikiran. Apapun yang akan kita raih dalam suatu kompetisi, maka kerja keras, belajar, dan berlatih merupakan faktor penting.

Perlu diingat bahwa walaupun beratnya sebuah kompetisi yang dilalui, namun semua yang kita inginkan tersebut manusia yang membuatnya. Apapun pekerjaan yang ada, semua orang yang menciptakannya. Apakah kita takut menghadapinya ?. Jawabannya tentu tidak, maka untuk menghadapinya kita harus bisa menyiasati agar dapat meraihnya. Dengan demikian potensi diri harus dikembangkan. Apabila potensi diri sudah berkembang, maka dengan sendirinya pekerjaan yang akan menunggu kita, bukan kita yang mencari pekerjaan. Sehingga dengan potensi diri yang ada kita tidak akan kesulitan dalam menghadapinya sebuah kompetisi.

Dalam mengembangkan potensi diri tentu kita banyak menguras energi. Energi akan terkuras dalam belajar, bekerja, dan melakukan kegiatan lainnya. Untuk menjaga agar tubuh tetap seimbang dan fit, maka kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita konsumsi. Kita harus memberi asupan gizi yang cukup pada tubuh karena akan membantu dalam proses berpikir. Apabila asupan gizi kurang tentu daya pikir akan lemah. Dengan demikian makanan yang kita konsumsi juga akan berpengaruh terhadap pengembangan potensi diri.

Dengan demikian kita telah lahir ke dunia dengan penuh persaingan. Dalam kompetisi tersebut kita bisa mengalahkan berjuta-juta bibit yang tertanam di dalam rahim. Sekarang apakah kita tidak bisa melalui kompetisi-kompetisi yang ada untuk menggapai kesuksesan. Untuk menyiasatinya kita harus belajar, berusaha, dan terus berlatih agar dapat mengembangkan potensi diri yang ada. Dalam mengembangkan potensi diri tersebut juga dibutuhkan asupan gizi yang cukup agar kondisi tubuh tetap seimbang. Sehingga apabila potensi diri sudah berkembang, maka kita tidak akan kesulitan dalam menghadapi sebuah kompetisi. Cobalah dari sekarang tidak ada kata terlambat, sebab impian pun bisa jadi kenyataan. By QE – LEE.

SERTIFIKASI SEBUAH HARAPAN


SERTIFIKASI SEBUAH HARAPAN
Oleh ZULKIFLI
Rumah yang kokoh tentu rumah yang mempunyai fondasi yang kuat. Walau hujan dan panas terik matahari menyengat kulit, namun penghuninya merasa aman dan tenang berada di dalamnya. Semen merupakan elemen penting pada sebuah bangunan, sebab apabila semennya kurang maka rumah akan rapuh dan tidak akan bisa menghadapi gejala atau perubahan-perubahan alam. Dengan demikian rumah yang kokoh adalah rumah yang dapat melindungi dan menjaga orang yang ada di dalamnya dari pengaruh dan bahaya dari luar.

Begitu juga dengan pendidikan, pendidikan merupakan suatu fondasi yang harus dibangun dan di perkokoh suatu negara. Dunia pendidikan harus dimajukan karena dari sana akan tercermin maju mundurnya suatu negara. Pendidikan merupakan faktor penentu berhasilnya suatu negara dalam melakukan pembangunan. Namun apabila fondasi yang menyangga suatu negara itu rapuh yang mana tercermin dalam kualitas pendidikan yang rendah, maka kita akan mudah didikte oleh negara lain. Negara lain akan meremehkan dan tidak menghargai kita.

Bagaimana mutu pendidikan Indonesia sekarang ini ?. mungkin hal ini sudah sama-sama kita ketahui. Dari standar tingkat kelulusan SLTA misalnya, standar kelulusan di negeri tetangga Malaysia sudah jauh di atas Indonesia. Dari sini kita akan dapat melihat bahwa seberapa jauh peserta didik dapat menguasai materi yang diberikan.

Masih rendahnya mutu pendidikan di negeri ini salah satunya disebabkan oleh tingkat kesejahteraan pendidik yang selama ini terabaikan. Seorang guru terpaksa mencari kerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, sebab tidak cukup hanya mengandalkan gaji sebagai pegawai negeri sipil (PNS) saja. Sementara seorang guru tentu juga mempunyai tanggungan yang masih mengecap pendidikan. Seorang guru pergi ke sekolah pagi-pagi dengan membawa tas yang cukup berat. Sekilas tentu kita mengira sang guru sungguh tinggi pengabdiannya pada dunia pendidikan dengan membawa perlengkapan yang cukup. Namun perkiraan itu sirna ketika kita melihat bahwa sang guru bukan membawa bahan ajar yang akan menunjang proses belajar mengajar (PBM), tapi merupakan barang dagangan yang akan di jualnya.

Dari rumah sang guru telah mempunyai dua agenda yaitu mengajar dan menjual barang dagangannya. Sang guru tentu juga berpikir bagaimana supaya barang dagangan yang di tarok di koperasi sekolah dan di sebuah kafetaria habis terjual. Adanya pikiran-pikiran demikian tentu membuat guru tidak fokus lagi untuk mengajar. Kadang mengajar sebatas melepas tanggung jawab yang penting materi hari ini disampaikan pada anak didiknya mengerti atau tidak sang guru tidak mau tau. Hal ini terjadi karena seorang guru tidak bisa konsentrasi penuh dalam mengajar karena pikirannya sudah bercabang-cabang sehingga apa yang diajarkannya tidak maksimal.

Untuk memperbaiki mutu pendidikan tersebut baru-baru ini salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan sertifikasi guru dan dosen. Pemerintah melakukan sertifikasi tentu tujuannya meningkatkan kesejahteraan para pendidik agar nanti dapat mendongkrak mutu pendidikan kearah yang lebih baik.

Meningkatnya kesejahteraan guru, maka diharapkan berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Para tenaga pendidik harus betul-betul konsentrasi pada tugas yang telah diamanahkan kepadanya. Dengan adanya sertifikasi semoga para pendidik terpacu untuk memberikan yang terbaik demi meningkatkan kecerdasan anak bangsa.

Dengan meningkatnya kecerdasan atau majunya sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki tentu akan berdampak pada kondisi sebuah negara. Adanya SDM yang berkualitas maka kita akan dapat membangun negara ini agar lebih baik sesuai dengan cita-cita bersama. Angka kemiskinan yang selama ini membengkak, maka dapat dikurangi. Kemiskinan sudah lama menggerogoti bumi pertiwi ini yang sakitnya tidak sembuh-sembuh sehingga membuat kita tercecer dari negara lain. Dengan meningkatnya mutu pendidikan maka penyakit yang sudah lama diderita bumi pertiwi ini akan berangsur-angsur pulih. Sehatnya ibu pertiwi dalam artian kemiskinan dan kelaparan tidak ada lagi terdengar di negeri ini, tentu kita akan dapat memikirkan langkah-langkah lain agar dapat membangun perekonomian negara sehingga kita disegani oleh negara asing.

Memang benar dalam meningkatkan mutu pendidikan kesejahteraan tenaga pendidik sangat perlu diperhatikan. Sebab selama ini orang sudah bernyanyi dangdut, pop, bahkan rock sedang guru masih dan masih setia dengan nyanyian padamu negeri. Oleh sebab itu tentu seorang guru tidak bisa konsentrasi dalam mengembat tugas yang telah diberikan kepadanya.

Dengan adanya sertifikasi ini tentu nantinya seorang guru dapat fokus dalam mengajar. Yang selama ini tingkat kesejahteraannya terdiskriminasikan sekarang pemerintah telah membuat suatu kebijakan. Guru akan termotivasi untuk mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sebab ia telah diberi tambahan atau kenaikan gaji yang selama ini dikeluhkannya. Seorang guru tentu akan merasa berhutang apabila masih lalai dalam menjalankan tugasnya.

Namun bagaimana kalau nanti mutu pendidikan jalan di tempat. Setelah tenaga pendidik di sertifikasi, tetapi kualitas pendidikan tidak berubah, apakah pemerintah sudah memikirkan hal itu. Kita bisa belajar pada kenyataan telah terjadi di beberapa daerah atau propinsi. Di Riau misalnya, sebelum gong sertifikasi ditabuh oleh pemerintah, pemerintah daerah Riau sudah terlebih dahulu meningkatkan kesejahteraan guru tentu dengan harapan mutu pendidikan di Riau akan meningkat. Namun kenapa mutu pendidikan di sana masih rendah di banding propinsi lain seperti Sumatera Barat. Hal itu harus menjadi acuan kita bersama bahwa sertifikasi atau meningkatkan kesejahteraan pendidik tidak jadi jaminan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Oleh sebab itu ada sebuah teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi upah atau gaji yang di terima seseorang, maka ia cenderung lalai dan mengurangi jam kerjanya (baca ekonomi ketenagakerjaan karangan Don Bellante dan Mark Jakcson. Mungkin masih banyak faktor lain yang harus diperbaiki dalam meningkatkan kualitas pendidikan tersebut. Kita tentu sama-sama mengetahui bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai tentu terjadinya peningkatan mutu pendidikan itu sendiri sementara sertifikasi hanyalah proses mencapai tujuan tersebut. ( mhs FE UNP)