Jumat, 22 Februari 2008

APAKAH HANYA SERTIFIKASI SAJA?

APAKAH HANYA SERTIFIKASI SAJA?
Oleh : Zulkifli
(Mhs FE UNP)

Tidak asing lagi bahwa dunia pendidikan Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia rendah. Walau menjamur sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi di negeri ini namun out put belum bisa begitu bisa dihandalkan, apakah penyebab hal ini terjadi ?

Dulu di era 70-an Malaysia merupakan konsumen untuk tenaga pendidik Indonesia. Banyak guru-guru negeri ini yang mencoba peruntungan di sana. Malaysia memang kekurangan guru untuk mengajar di instansi pendidikan. Namun berkat kerja keras dan kesungguhan pemerintah Malaysia memperhatikan dunia pendidikannya, maka sedikit demi sedikit pendidikan Malaysia tersebut berkembang.

Adalah fenomena yng tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pendidikan Malaysia sudah meninggalkan Indonesia. Dengan kegigihan dan kerjatkeras pemerintahnya pendidikan Malaysia sudah memperlihatkan kualitasnya. Dulu pemuda-pemuda Malaysia menuntut ilmu ke Indonesia namun sekarang hal ini terbalik malah pemuda Indonesia yang belajar ke negeri tersebut. Mempunyai kesempatan belajar di negeri Jiran tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi pemuda Indonesia, sehingga Malaysia merupakan salah satu yang menjadi tujuan bagi pemuda Indonesia untuk melanjudkan studinya.

Tidak saja sampai di situ bahkan sekarang ini pemerintah daerah, baik itu kabupaten maupun kota rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup besar guna untuk melakukan studi banding ke negeri Jiran tersebut. Fenomena ini tentu bertolak belakang, dulu kita menjadi pusat percontohan pendidikan bagi Malaysia, namun sekarang malah Indonesia yang belajar ke Malaysia. Studi banding tersebut tentu bertujuan untuk melihat dan mempelajari bagaimana pemerintah Malaysia memainkan perananannya dalam dunia pendidikan.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan akhir dari studi banding tersebut akan berbuah Memorandum of Understanding (MoU). MoU itu berupa kerjasama antara pemdanya Malaysia dengan pemdanya Indonesia yang melakukan studi banding tersebut, sehingga sekarang ini banyak terjadi pertukaran pelajar antara kedua negara. Bahkan perguruan tinggi pun tidak mau ketinggalan, sehinga terjadi kerja sama antar perguruan tinggi. Selain terjadinya pertukaran informasi juga di buka kelas-kelas khusus yang bertujuan untuk dikirim nantinya ke salah satu perguruan tinggi di Malaysia. Diakhir-akhir masa studinya, maka ia dikembalikan ke perguruan tinggi asalnya. Ujung dari semua ini tentu bertujuan pada peningkatan SDM dalam negeri. Dari fenomena tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan Malaysia lebih unggul dalam meningkatkan SDM.

Melihat realita tersebut tentu terfikir di benak kita, kenapa Indonesia yang lebih duluan star namun sekarang sudah di dahului oleh Malaysia, apa penyebabnya ?

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru merupakan tenaga pendidik untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa, namun banyak kita malihat guru-guru yang mempunyai multi profesi. Bahkan jabatannya sebagai seorang guru kadang terkesan hanya untuk mengulang-ulang ilmu yang mereka peroleh dibangku pendidikan dulu. Kadang kalau di tanya mengenai profesinya, mereka agak enggan untuk menjawabnya, seolah-olah menjadi guru merupakan suatu profesi yang tidak menyenangkan.

Untuk mengimbangi image yang demikian, maka seorang guru mencari kerja sampingan atau profesi lain. Bagi mereka yang mempunyai modal besar tentu ia akan membuka toko atau tempat bimbingan belajar. Namun ada juga bagi guru yang tinggal di daerah pedesaan, mereka tidak segan-segan untuk turun ke sawah mengolah lahannya. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, di salah satu berita di stasiun televisi kita melihat bahwa ada seorang guru yang melakukan profesi sebagai tukang ojek setelah selesai mengajar. Sepulang sekolah tentu sangat melelahkan, apalagi kalau mengajar full tentu sangat menguras energi. Namun untuk memenuhi kebutuhan, maka profesi demikian terpaksa digelutinya. Kalau di lihat lebih medetil lagi maka banyak ragam kegiatan sampingan yang dilakukan oleh seorang guru.

Profesi-profesi di luar sebagai seorang guru tersebut, di lakoni karena masih rendahnya gaji yang mereka terima, sementara hari kehari kebutuhan selalu meningkat sehingga tidak cukup hanya mengandalkan gaji semata. Apalagi kalau seorang guru mempunyai tanggungan yang sedang mengecap pendidikan tentu butuh biaya yang besar, maka untuk mencukupi kebutuhan tersebut dicarilah peluang-peluang usaha lain.

Dengan adanya fenomena demikian, tentu dalam mengajar seorang guru tidak bisa fokus lagi, karena ia harus memikirkan hal yang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Sehingga kadang seorang guru hanya mengajar untuk melepas tanggung kan jawab saja. Adanya kenyataan demikian tentu proses belajar mengajar (PBM) tidak akan sesuai dengan yang diharapkan sehingga berdampak pada out put yang dihasilkan nantinya.

Karena semakin merosotnya kulitas pendidikan negeri ini, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang sertifikasi guru dan dosen. Sertifikasi guru telah dilakukan beberapa tahap mulai dari guru tingkat SD sampai ke perguruan tinggi. Walaupun seorang guru tidak lolos dalam sertifikasi, maka ia akan diberi semacam pelatihan atau diklat yang nantinya juga akan dapat sertifiksi.

Dengan adanya sertifikasi tersebut, tentu merupakan babak baru bagi guru dan dosen, oleh sebab itu guru berlomba-lomba untuk memperolehnya dengan melengkapi berbagai syarat yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan. Apabila seorang guru lulus dalam sertifiksi maka pemerintah akan meningkankan penghasilannya.

Sertifikasi merupakan salah satu solusi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen. Dengan adanya sertifikasi ini maka tentu dampak yang diharapkan pemerintah pemerintah adalah meningkatnya kualitas pendidikan. Dengan meningkatnya kesejahteraan guru tentu ia akan lebih dituntut untuk fokus mengapdi pada dunia pendidikan, karena kita tahu majunya pendidikan suatu negara akan berdampak pada pembangunan negara tersebut.

Salah satu dampak dari sertifikasi tentu meningkatnya incame guru, namun spakah hanya dengan sertifikasi tersebut akan meningkatkan kualitas pendidikan?. Hal ini perlu direnungkan bahwa meningkatnya kualitas pendidikan tidak saja tergantung pada kesejahteraan tenaga pendidik, namun juga tergantung pada anggaran yang dianggarkan pada sektor pendidikan tersebut. Seperti kita ketahui di Malaysia anggaran untuk bidang pendidikan sudah mencapai angka 20%, namun bagaimanakah dengan Indonesia?.

Masih rendahnya anggaran pendidikan di negeri ini adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi. Setiap sekolah tentu harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar proses belajar mengajar (PBM) berjalan dengan lancar. Setiap sekolah tentu harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar PBM dapat berjalan dengan lancar. Misalnya dilengkapi dengan adanya pustaka, labor dan sebagainya yang dapat menunjang PBM, namun bagaimanakah kondisi sekolah-sekolah sekarang ini ?.

Fenomena yang juga kita lihat sekarang ini bahwa setiap sekolah mempunyai lokal-lokal yang terbatas sehingga setiap lokal terjadi penumpukan siswa. Kondisi ini tentu mambuat PBM tidak dengan efektif. Sejak dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi banyak terdapat lokal yang tidak ideal, hal ini tentu sangat berpengaruh terpengaruh terhadap hasil dari PBM.

Kelas atau lokal yang ideal tentu mempunyai siswa maksimal hanya 25 orang. Dengan demikian tentu seorang guru mudah mengontrol dan mengendalikan siswanya. Pengontrolan kelas sangat diperlukan karena melalui itulah nantinya siswa akan memahami pelajaran yang disampaikan, namun apabila guru tidak bisa menguasai kelas maka apa yang diterangkan tentu akan sulit dimngerti oleh siswa.

Apabila pemerintah ingin menciptakan kelas yang ideal,. maka pemerintah harus menambah lokal-lokal pada hampir setiap jenjang pendidikan, karena mungkin baru sebagian kecil sekolah-sekolah yang telah sanggup menerapkannya. Jangan bicara Indonesia dulu mungkin cukup bicara wilayah Sumatera Barat, tentu pemerintah harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk penambahan sarana belajar tersebut. Karena kita mengetahui bahwa saat ini umumnya sekolah-sekolah belum mempunyai kelas yang ideal, sehingga lembaga pendidikan sekarang ini terkesan lebih menonjolkan kuantitas dari pada kualitas.

Oleh sebab itu untuk memperbaiki kualitas pendidikan tersebut, pemerintah harus meningkatkan anggarannya. Masih banyak lagi sarana dan prasarana yang harus di tambah dan diperbaiki. Mustahil untuk meningkatkan pendidikan negeri ini hanya dengan meningkatkan kesejahteraan guru, sementara anggaran pada sektor pendidikan masih terlalu minim.

Walau kesejahteraan guru sudah meningkat namun kalau sarana dan prasarana kurang memadai tentu out put yang diharapkan nantinya tidak begitu memuaskan. Bagaimana PBM akan berjalan dengan baik sementara lokal penuh dan terbatasnya alat-alat yang digunakan. Dengan demikian sertifikasi dengan anggaran pendidikan bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan, sebab keduanya saling mendukung dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila ingin meningkatkan kualitas pendidikan jangan hanya meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik namun anggaran pendidikan juga perlu ditingkatkan.

Apabila sertifikasi sudah dibarengi dengan peningkatan anggaran pendidikan tentu PBM akan bisa berjalan dengan baik. Segala kekurangan dan kesulitan akan dapat diselesaikan, sehingga nantinya PBM akan dapat berjalan dengan baik. Guru tidak lagi mengeluh kekurangan atau terbatasnya sarana dalam belajar, dengan demikian tentu akan dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing nantinya. Sehingga dunia pendidikan kita tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang lain, karena melalui dunia pendidikan ini nantinya akan melahirkan pemikir-pemikir yang akan membangun bangsa dan negara ini.

Rabu, 13 Februari 2008

MUDAHNYA GELAR DI NEGERI KU


MUDAHNYA GELAR DI NEGERI KU
Oleh ZULKIFLI

Tidak ada yang bisa dijagakan di negeri ini. Jago di sini tentu bukan adu otot, namun di sini tentu jago dalam arti kata orang merasa orang merasa hormat dan menghargai kita. Orang lain akan mengagumi dan hormat tentu karena ada nilai lebih pada negeri ini. Namun apakah yang sudah dapat menjadi kebanggaan negeri ini?. Dari segi teknologi kita sudah jauh tertinggal dibanding negara lain. Jangan dulu bicara dunia, di kawasan pun teknologi kita sudah jauh tertinggal. Di lihat dari segi ekonomi kita juga tidak bisa berbicara di dunia internasional. Katanya negeri ini juga kaya akan sumber daya alam (SDA), namun yang mengolah orang asing maka hasil yang di peroleh belum maksimal. Semua kenyataan di atas tentu akan bisa lebih baik apabila dunia pendidikan sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Namun kenyataannya dunia pendidikan negeri ini sudah jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Dunia pendidikan di Malaysia mendapat perhatian yang serius dari pemerintahnya, sehingga dana yang dianggarkan pun cukup besar. Kalau di banding dengan anggaran pendidikan di Indonesia, maka negara kita jauh tertinggal anggaran pendidikannya terlalu minim. Walaupun pemerintah sudah mengatakan menaikkan anggaran pendidikan, tetapi kenyataannya masih saja menjadi perdebatan.

Salah satu faktor yang menentukan maju mundurnya suatu negara dapat di lihat pada sektor pendidikan. Apabila mutu pendidikan sudah meningkat maka juga akan dibarengi membaiknya kualitas suatu negara. Memperbaiki mutu pendidikan merupakan aset jangka panjang karena nantinya akan melahirkan orang-orang yang mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk membangun suatu negara. Dengan demikian maka sektor pendidikan merupakan aset penting dalam membangun suatu negara.

Apakah dunia pendidikan dibiarkan begitu saja tanpa mendapat perhatian yang serius dari pemerintah?. Tentu tidak, dunia pendidikan perlu ditingkatkan mutunya sebab merupakan cerminan suatu bangsa. Bangsa yang baik dan besar tidak saja bangsa yang kaya akan SDA tetapi bangsa yang besar juga bangsa yang rakyatnya mempunyai knowledge yang tinggi. Dengan knowledge tersebut orang akan bisa melakukan apapun sesuai dengan keahlian yang dimiliki sehingga akan dapat memajukan negara. Dunia pendidikan akan menghasilkan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan skill untuk membangun sebuah negara.

Akan kah dunia pendidikan Indonesia telah mampu bicara ditingkat dunia Internasional. Hal ini merupakan pertanyaan yang perlu menjadi renungan bersama sebab sudah lebih setengah abat umur negara ini. Setiap tahun pemerintah berupaya agar kualitas pendidikan itu ditingkatkan, namun terus saja terdapat hal-hal yang merusak citra pendidikan itu sendiri.

Dunia pendidikan Indonesia masih dibumbui dengan manipulasi-manipulasi. Dunia pendidikan bisa jadi bulan-bulanan orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya. Adanya indikasi-indikasi tersebut membuat dunia pendidikan kita menjadi jelek bahkan tidak berkualitas. Orang mudah melakukan kekurangan-kecurangan karena rendahnya pengawasan.

Rendahnya pengawasan dalam dunia pendidikan telah menjadi ladang dan peluang bagi sebagian orang. Untuk mencapai tujuannya, orang akan bermain didalamnya. Kita masih melihat dan mendengar adanya praktek-praktek pencaloan di saat ujian. Misalnya seorang joki akan bisa menggantikan orang yang bersangkutan untuk ujian. Si joki hanya butuh tanda pengenal ujian, apakah itu daftar ujian atau kartu mahasiswa. Dengan bemodalkan mental dan keberanian si joki akan ikut dalam ujian.

Saat ujian berlangsung pengawas seolah-olah tidak ambil pusing dengan keadaan sekitarnya. Sang pengawas lebih banyak duduk di bangku yang telah disediakan sambil menikmati beberapa makanan dan segelas air mineral yang dibagikan panitia ujian. Apapun yang terjadi di ruangan ia sepertinya tidak mau tau.

Sang pengawas hanya berjalan ketika mengambil absen peserta. Setelah selesai ia kembali ke singgasananya. Pengawas tidak pernah memperhatikan dan mencek peserta ujian. Apakah peserta ujian telah sesuai dengan data mahasiswa yang bersangkutan, itu seolah-olah bukan urusan pengawas. Hal inilah yang di temui dalam dunia pendidikan negeri ini.

Setelah si joki berhasil melakukan eksperimennya, tentu terpikir di benak kita mudahnya mencari gelar di negeri ini. Tanpa mengikuti ujian pun seseorang bisa memperoleh yang diinginkannya. Hal ini sangat disayangkan karena begitu mudahnya seseorang menyelesaikan pendidikannya.

Seseorang melanjutkan studinya bukan lagi berorientasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Namun sudah di salah artikan selama ini. Melanjutkan pendidikan hanya untuk memperoleh gelar. Dengan berlabelkan sarjana atau master ia akan mudah memperoleh jabatan. Sehingga di negeri ini gelar bukan menambah orang menjadi pintar tetapi gelar hanya untuk mengukuhkan ia pada suatu jabatan. Dengan naiknya jabatan tentu juga akan berpengaruh pada gaji yang akan diterimanya.

Apabila meraih gelar dengan cara yang tidak wajar, tentu dalam mengemban tugas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ataupun penyalahgunaan jabatan nantinya. Namun realita-realita yang demikian ditemui di negeri ini.

Dari problema-problema di atas, maka hal yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan. Dunia pendidikan akan lebih baik dan bermutu apabila ada perhatian dan pengawasan yang baik dari pemerintah. Apabila hal ini tidak menjadi perhatian yang serius dari pemerintah maka akan menambah muram citra dunia pendidikan negeri ini.

Adanya tindakan-tindakan yang memanfaatkan dunia pendidikan demi kepentingan individu atau kelompok perlu ditindaklanjuti. Pemerintah harus dapat menindak tegas dan memberi sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut. Kejelian dan pengawasan pemerintah melalui dinas terkait sangat diharapkan agar tindakan-tindakan yang merugikan itu dapat dihilangkan.

Dan juga hati nurani kita sebagai anak bangsa perlu dipertanyakan, hanya demi memperoleh kedudukan dan jabatan kita melakukan hal-hal yang demikian. Kesadaran kita perlu ditumbuhkan demi mengangkat citra pendidikan ini. Apabila kita sudah menyadari bahwa tindakan yang dilakukan salah, maka tentu tidak akan dikerjakan. Sehingga hal ini dapat mengubah paradigma pendidikan di negeri ini. Dengan demikian ke depan diharapkan mutu pendidikan kita lebih baik dan dapat menghasilkan manusia-manusia yang mampu membangun negeri ini. (mhs FE UNP)

SEJAK AWAL KOMPETISI ITU SUDAH DILALUI

SEJAK AWAL KOMPETISI ITU SUDAH DILALUI

Kita mengetahui yang namanya kompetisi, sebuah kata yang membuat orang sedih, kecewa, bahagia, bahkan stres. Timbulnya perasaan-perasaan demikian disebabkan oleh imbas dari suatu kompetisi. Orang akan bahagia apabila berhasil melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, namun juga banyak yang sedih, kecewa bahkan stres karena hasil yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan melalui media masa sering kita mendengar bahwa sering di akhir tahun ajaran ada murid yang bunuh diri. Hal ini merupakan tindakan yang tentu tidak kita inginkan, hanya gara-gara tidak lulus atau naik kelas ia mengambil jalan pintas. Kenyataan ini menggambarkan kepada kita seorang yang gagal dalam sebuah kompetisi dengan mudah mau mengakhiri hidupnya.

Kompetisi merupakan suatu harapan yang ingin diraih seseorang melalui persaingan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang tentu mempunyai keinginan atau harapan, namun tidak semua orang bisa meraihnya dengan baik. Untuk sukses dalam sebuah kompetisi butuh waktu, perjuangan dan kerja keras. Semuanya tidak semudah membalik telapak tangan, tapi butuh usaha untuk memperolehnya.

Untuk mencapai dunia yang fana ini juga melalui kompetisi. Semua hal tersebut akan dilalui agar mencapai finis dengan baik. Mulai pertemuan sperma dengan sel telur di dalam rahim sudah terjadi kompetisi. Hal ini juga dijelaskan pada surah Al Mu’minun ayat 12 – 14. Berjuta-juta Benih yang tertanam ke dalam rahim, hanya satu yang menjadi cikal bakal manusia. Kompetisi itu bukan hal yang mudah, sebab berapa banyaknya yang harus disisihkan. Terjadinya kompetisi yang saling mengalahkan di dalam rahim tersebut hanya satu yang sukses melewatinya. Kalaupun ada yang kembar itu merupakan kejadian yang luar biasa yang merupakan hal yang langka.

Berhasilnya suatu benih tersebut, maka untuk tahap selanjutnya akan terjadi semacam pengkarantinaan. Melalui proses, benih tersebut akan tumbuh dan berkembang, namun dalam perkembangannya masih ada juga yang gagal atau gugur. Setiap benih yang tertanam dalam rahim tidak selamanya mencapai wujud manusia, karena di dalam perjalanannya benih tersebut gugur atau lebih populer dikenal adanya keguguran kandungan.

Setelah melalui perjalanan lebih kurang sembilan bulan barulah kita bisa menghirup udara di dunia yang penuh tantangan dan juga peluang. Hal ini merupakan awal dari babak selanjutnya yang akan dilalui. Mulai dari menggerakkan badan, belajar berdiri dan akhirnya pandai berjalan. Kemudian tahap berikutnya kita mulai belajar bicara, makan, mandi dan lain-lain yang semuanya butuh usaha dan kerja keras. Apabila si anak hanya diam dan tidak mau berusaha tentu ia tidak akan dapat melakukan apapun. Perkembangannya menjadi tidak normal sehingga pertumbuhannya akan terhambat.

Hal yang harus disadari bahwa kita telah berhasil melalui tahap dari kompetisi sebelumnya. Akan kah untuk selanjutnya kita harus teremilinasi dari suatu kompetisi. Dalam babak penyisihan kita telah lolos dan maju ke babak selanjutnya, apakah kita akan mengalah untuk selanjutnya?. Tentu tidak, walau bagaimanapun kita harus berjuang bagaimana harus mencapai final bahkan juara sekalipun harus diraih. Oleh sebab itu kita harus memanfaatkan peluang-peluang yang ada agar dapat memperoleh yang terbaik dalam hidup ini. Lahir ke dunia merupakan satu dari jutaan bibit yang ada didalam rahim. Dengan demikian tentu kita mempunyai suatu keunggulan atau kelebihan. Hal itu harus disadari karena dari situ nantinya akan lahir manusia-manusia yang sukses sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya.

Nah sekarang apakah kita mau kalah dalam kompetisi, sementara kita merupakan hasil seleksi sebelumnya?. Lelucon ini perlu menjadi renungan sebab dalam meraih kesuksesan, apakah itu gelar, pangkat, dan pekerjaan tentu penuh dengan persaingan. Mustahil sebuah pekerjaan atau kesuksesan itu jatuh dari langit begitu saja sementara kita tidak mengembangkan kualitas diri.

Oleh sebab itu apapun yang akan diraih, maka harus gait berlatih, belajar, dan berusaha semaksimal mungkin karena ini merupakan sebuah proses dalam mencapai tujuan yang kita inginkan. Kita kenal dengan gelar Doktor atau Profesor, semua orang tentu mendambakan gelar tersebut karena merupakan penghormatan kepada seseorang. Namun untuk meraih gelar tersebut butuh perjuangan yang panjang, penuh tantangan dan rintangan serta pengorbanan baik waktu maupun pikiran. Apapun yang akan kita raih dalam suatu kompetisi, maka kerja keras, belajar, dan berlatih merupakan faktor penting.

Perlu diingat bahwa walaupun beratnya sebuah kompetisi yang dilalui, namun semua yang kita inginkan tersebut manusia yang membuatnya. Apapun pekerjaan yang ada, semua orang yang menciptakannya. Apakah kita takut menghadapinya ?. Jawabannya tentu tidak, maka untuk menghadapinya kita harus bisa menyiasati agar dapat meraihnya. Dengan demikian potensi diri harus dikembangkan. Apabila potensi diri sudah berkembang, maka dengan sendirinya pekerjaan yang akan menunggu kita, bukan kita yang mencari pekerjaan. Sehingga dengan potensi diri yang ada kita tidak akan kesulitan dalam menghadapinya sebuah kompetisi.

Dalam mengembangkan potensi diri tentu kita banyak menguras energi. Energi akan terkuras dalam belajar, bekerja, dan melakukan kegiatan lainnya. Untuk menjaga agar tubuh tetap seimbang dan fit, maka kita perlu memperhatikan makanan yang akan kita konsumsi. Kita harus memberi asupan gizi yang cukup pada tubuh karena akan membantu dalam proses berpikir. Apabila asupan gizi kurang tentu daya pikir akan lemah. Dengan demikian makanan yang kita konsumsi juga akan berpengaruh terhadap pengembangan potensi diri.

Dengan demikian kita telah lahir ke dunia dengan penuh persaingan. Dalam kompetisi tersebut kita bisa mengalahkan berjuta-juta bibit yang tertanam di dalam rahim. Sekarang apakah kita tidak bisa melalui kompetisi-kompetisi yang ada untuk menggapai kesuksesan. Untuk menyiasatinya kita harus belajar, berusaha, dan terus berlatih agar dapat mengembangkan potensi diri yang ada. Dalam mengembangkan potensi diri tersebut juga dibutuhkan asupan gizi yang cukup agar kondisi tubuh tetap seimbang. Sehingga apabila potensi diri sudah berkembang, maka kita tidak akan kesulitan dalam menghadapi sebuah kompetisi. Cobalah dari sekarang tidak ada kata terlambat, sebab impian pun bisa jadi kenyataan. By QE – LEE.

SERTIFIKASI SEBUAH HARAPAN


SERTIFIKASI SEBUAH HARAPAN
Oleh ZULKIFLI
Rumah yang kokoh tentu rumah yang mempunyai fondasi yang kuat. Walau hujan dan panas terik matahari menyengat kulit, namun penghuninya merasa aman dan tenang berada di dalamnya. Semen merupakan elemen penting pada sebuah bangunan, sebab apabila semennya kurang maka rumah akan rapuh dan tidak akan bisa menghadapi gejala atau perubahan-perubahan alam. Dengan demikian rumah yang kokoh adalah rumah yang dapat melindungi dan menjaga orang yang ada di dalamnya dari pengaruh dan bahaya dari luar.

Begitu juga dengan pendidikan, pendidikan merupakan suatu fondasi yang harus dibangun dan di perkokoh suatu negara. Dunia pendidikan harus dimajukan karena dari sana akan tercermin maju mundurnya suatu negara. Pendidikan merupakan faktor penentu berhasilnya suatu negara dalam melakukan pembangunan. Namun apabila fondasi yang menyangga suatu negara itu rapuh yang mana tercermin dalam kualitas pendidikan yang rendah, maka kita akan mudah didikte oleh negara lain. Negara lain akan meremehkan dan tidak menghargai kita.

Bagaimana mutu pendidikan Indonesia sekarang ini ?. mungkin hal ini sudah sama-sama kita ketahui. Dari standar tingkat kelulusan SLTA misalnya, standar kelulusan di negeri tetangga Malaysia sudah jauh di atas Indonesia. Dari sini kita akan dapat melihat bahwa seberapa jauh peserta didik dapat menguasai materi yang diberikan.

Masih rendahnya mutu pendidikan di negeri ini salah satunya disebabkan oleh tingkat kesejahteraan pendidik yang selama ini terabaikan. Seorang guru terpaksa mencari kerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, sebab tidak cukup hanya mengandalkan gaji sebagai pegawai negeri sipil (PNS) saja. Sementara seorang guru tentu juga mempunyai tanggungan yang masih mengecap pendidikan. Seorang guru pergi ke sekolah pagi-pagi dengan membawa tas yang cukup berat. Sekilas tentu kita mengira sang guru sungguh tinggi pengabdiannya pada dunia pendidikan dengan membawa perlengkapan yang cukup. Namun perkiraan itu sirna ketika kita melihat bahwa sang guru bukan membawa bahan ajar yang akan menunjang proses belajar mengajar (PBM), tapi merupakan barang dagangan yang akan di jualnya.

Dari rumah sang guru telah mempunyai dua agenda yaitu mengajar dan menjual barang dagangannya. Sang guru tentu juga berpikir bagaimana supaya barang dagangan yang di tarok di koperasi sekolah dan di sebuah kafetaria habis terjual. Adanya pikiran-pikiran demikian tentu membuat guru tidak fokus lagi untuk mengajar. Kadang mengajar sebatas melepas tanggung jawab yang penting materi hari ini disampaikan pada anak didiknya mengerti atau tidak sang guru tidak mau tau. Hal ini terjadi karena seorang guru tidak bisa konsentrasi penuh dalam mengajar karena pikirannya sudah bercabang-cabang sehingga apa yang diajarkannya tidak maksimal.

Untuk memperbaiki mutu pendidikan tersebut baru-baru ini salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan sertifikasi guru dan dosen. Pemerintah melakukan sertifikasi tentu tujuannya meningkatkan kesejahteraan para pendidik agar nanti dapat mendongkrak mutu pendidikan kearah yang lebih baik.

Meningkatnya kesejahteraan guru, maka diharapkan berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Para tenaga pendidik harus betul-betul konsentrasi pada tugas yang telah diamanahkan kepadanya. Dengan adanya sertifikasi semoga para pendidik terpacu untuk memberikan yang terbaik demi meningkatkan kecerdasan anak bangsa.

Dengan meningkatnya kecerdasan atau majunya sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki tentu akan berdampak pada kondisi sebuah negara. Adanya SDM yang berkualitas maka kita akan dapat membangun negara ini agar lebih baik sesuai dengan cita-cita bersama. Angka kemiskinan yang selama ini membengkak, maka dapat dikurangi. Kemiskinan sudah lama menggerogoti bumi pertiwi ini yang sakitnya tidak sembuh-sembuh sehingga membuat kita tercecer dari negara lain. Dengan meningkatnya mutu pendidikan maka penyakit yang sudah lama diderita bumi pertiwi ini akan berangsur-angsur pulih. Sehatnya ibu pertiwi dalam artian kemiskinan dan kelaparan tidak ada lagi terdengar di negeri ini, tentu kita akan dapat memikirkan langkah-langkah lain agar dapat membangun perekonomian negara sehingga kita disegani oleh negara asing.

Memang benar dalam meningkatkan mutu pendidikan kesejahteraan tenaga pendidik sangat perlu diperhatikan. Sebab selama ini orang sudah bernyanyi dangdut, pop, bahkan rock sedang guru masih dan masih setia dengan nyanyian padamu negeri. Oleh sebab itu tentu seorang guru tidak bisa konsentrasi dalam mengembat tugas yang telah diberikan kepadanya.

Dengan adanya sertifikasi ini tentu nantinya seorang guru dapat fokus dalam mengajar. Yang selama ini tingkat kesejahteraannya terdiskriminasikan sekarang pemerintah telah membuat suatu kebijakan. Guru akan termotivasi untuk mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sebab ia telah diberi tambahan atau kenaikan gaji yang selama ini dikeluhkannya. Seorang guru tentu akan merasa berhutang apabila masih lalai dalam menjalankan tugasnya.

Namun bagaimana kalau nanti mutu pendidikan jalan di tempat. Setelah tenaga pendidik di sertifikasi, tetapi kualitas pendidikan tidak berubah, apakah pemerintah sudah memikirkan hal itu. Kita bisa belajar pada kenyataan telah terjadi di beberapa daerah atau propinsi. Di Riau misalnya, sebelum gong sertifikasi ditabuh oleh pemerintah, pemerintah daerah Riau sudah terlebih dahulu meningkatkan kesejahteraan guru tentu dengan harapan mutu pendidikan di Riau akan meningkat. Namun kenapa mutu pendidikan di sana masih rendah di banding propinsi lain seperti Sumatera Barat. Hal itu harus menjadi acuan kita bersama bahwa sertifikasi atau meningkatkan kesejahteraan pendidik tidak jadi jaminan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Oleh sebab itu ada sebuah teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi upah atau gaji yang di terima seseorang, maka ia cenderung lalai dan mengurangi jam kerjanya (baca ekonomi ketenagakerjaan karangan Don Bellante dan Mark Jakcson. Mungkin masih banyak faktor lain yang harus diperbaiki dalam meningkatkan kualitas pendidikan tersebut. Kita tentu sama-sama mengetahui bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai tentu terjadinya peningkatan mutu pendidikan itu sendiri sementara sertifikasi hanyalah proses mencapai tujuan tersebut. ( mhs FE UNP)

MENGINTIP CARA MENGAJAR SEORANG GURU


MENGINTIP CARA MENGAJAR SEORANG GURU


Tatap muka dalam suatu ruangan merupakan proses dalam pembelajaran. Seorang guru tentu akan membimbing dan menerangkan materi kepada murid-muridnya. Dengan adanya pertemuan antara guru dan murid tersebut, maka akan terjadi interaksi di dalam kelas.

Interaksi antara guru dan murid akan lancar dan menyenangkan apabila seorang guru bisa menguasai ruangan, sehingga materi-materi yang diberikan oleh seorang guru dapat diterima dengan baik oleh muridnya. Seorang guru harus bisa dan mampu menyampaikan materi-materi menggunakan pendekatan-pendekatan yang relevan sesuai keadaan sekarang ini. Dengan adanya pendekatan-pendekatan tersebut, maka murid akan mudah menyerap memahami materi yang diberikan.

Guru harus rileks tanpa beban dalam mengajar, sehingga kekakuan dalam proses belajar mengajar (PBM) tidak terjadi. Apapun topik yang dibicarakan murid akan senang menerimanya, maka murid dalam belajar tidak memilih-milih materi pelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu menghidupkan suasana kelas. Di waktu suasana kelas terasa kurang nyaman dan konsentrasi murid mulai buyar, guru harus mampu memberi humor-humor untuk dapat mengembalikan perhatian anak didiknya.

Guru sebagai orang tua di sekolah harus mampu menjadikan dirinya sebagai panutan bagi muridnya. Murid merasa kehilangan apabila guru tidak masuk kelas atau tidak datang. Murid akan bertanya-tanya kenapa sang guru hari ini tidak masuk, apa gerangan yang terjadi.

Kontak batin antara guru dan murid perlu diciptakan sehingga proses belajar mengajar penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Guru sebagai seorang pendidik harus mengerti tentang keadaan anak didiknya, dengan demikian problem-problem yang mengganggu dalam belajar bisa diselesaikan. Apabila keharmonisan hubungan guru dan murid sudah tercipta, maka gurupun mengajar bersemangat dan murid-murid juga tidak kesulitan dalam memahami materi yang diterangkan tersebut.

Terciptanya kondisi seperti itu, maka apapun materi yang diberikan murid akan bersemangat menerimanya. Jam pelajaran tidak akan terasa berakhir. Seolah-olah kita baru masuk namun jam sudah berakhir. Malah masih ada murid yang mau belajar karena adanya interaksi yang baik tersebut. Bahkan murid akan menunggu-nunggu dengan penuh harapan besok atau minggu depan akan belajar lagi dengan guru yang sama. Dan sering terjadi murid pergi belajar tambahan ke rumah guru idolanya demi meningkatkan dan mengasah kemampuannya.

Namun keadaan di atas bertolak belakang dengan seorang guru yang tampangnya kasar dan pandangannya sinis pada muridnya. Tatapannya yang tajam membuat murid-muridnya menjadi tidak senang dan gundah melihat guru tersebut. Bicaranya yang kasar dan kadang menghardik telah memberikan kesan tersendiri bagi muridnya. Adanya kontak pertama antara guru dan murid yang mempunyai kesan yang tidak menyenangkan tersebut membuat para murid mempunyai pandangan jelek pada guru tersebut.

Dalam belajar pun seorang guru tidak mencerminkan seorang pendidik. Ia terkesan kasar dan meremehkan anak didiknya. Kalau sudah terjadi hal-hal yang demikian tentu ruangan kelas akan terasa tegang dan kaku. Semangat belajar akan menurun, bahkan melihat guru saja muridnya sudah malas.

Apabila guru menerangkan suatu materi di depan kelas kadang tidak menyambung dengan muridnya. Guru tidak bisa membawakan materi dengan bauk sehingga apa yang disampaikan tidak menarik dan dipahami murid. Bahkan bahasa yang dipakai pun terkesan “gado-gado”, kadang memakai bahasa Indonesia dan kadang kental dengan bahasa daerahnya. Kalau hal ini untuk memudahkan muridnya dalam memahami materi barangkali tidak masalah. Namun kadang mendengar apa yang diucapkan guru tersebut kita geli mendengarnya. Seolah-olah dulu tidak ada belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga untuk apa guru tersebut berkohar-kohar di depan kelas kalau murid tidak akan mengerti apa yang diterangkannya. Mungkin lebih baik murid disuruh belajar sendiri dengan memberikan beberapa topik yang harus dipahami, ini mungkin akan lebih baik.
Walau sang guru tidak bisa menerangkan dengan baik, bahkan apa yang dijelaskannya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Namun jangan coba-coba untuk membantah atau berdebat, hal itu bisa fatal akibatnya. Guru tersebut bisa memberi nilai yang jelek bahkan tidak segan-segan menggagalkan muridnya tersebut. Dengan demikian lebih baik murid hanya mendengarkan dan menerima apa yang diterangkannya sebab kalau dibantah itu akan mempercepat jalan ke “neraka”, itulah celoteh di kalangan pelajar sekarang ini.

Adanya guru yang tidak bisa menerangkan dan menguasai kelas, namun yang menjadi sasaran selalu muridnya. Guru sering menganggap muridnya tidak mengerti dan bahkan dibilang tidak belajar. Kalaupun ada di antara murid yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang guru, namun selalu salah. Yang benar guru itu sendiri, sehingga tentu komunikasi antara guru dan murid tidak lancar. Maka di kalangan peserta didik ada yang memberi gelar dengan guru atau dosen killer. Itu wajar-wajar saja karena memang kenyataannya demikian, namun tentu tidak semua guru yang mendapat gelar demikian.

Metode-metode klasik seorang guru tersebut harus dihilangkan. Apa gunanya mempertahankan tata cara lama karena tidak sesuai dengan zamannya lagi. Guru harus mampu menyesuaikan cara mengajar dengan zaman sekarang ini karena karakter pelajar-pelajar dahulu tentu tidak sama dengan karakter pelajar sekarang. Kalau masih memakai cara mengajar lama yang terkesan keras tentu murid akan menjauhi guru tersebut.

Kalau sudah tertanam hal tersebut dalam diri muridnya, bagaimana PBM akan berjalan dengan baik. Dalam PBM tentu yang diharapkan adanya transfer ilmu dari seorang guru pada muridnya. Hal ini akan sulit terjadi karena kadang murid hanya masuk ke ruangan kelas hanya untuk sekedar mengisi absen saja. Dalam PBM pikirannya entah kemana, bahkan berniat cepat waktu pelajaran habis agar sang guru keluar dari kelas.

Adanya mata pelajaran yang dibimbing oleh guru seperti itu, di dalam ruangan murid merasa perputaran terasa lama. Murid tidak lagi mendengar dan mengikuti pelajaran namun setiap saat ada yang melihat jam di tangannya, dan juga ada yang membuka saku celananya. Yang dikeluarkan dari kantong celananya tentu juga melihat waktu pada mobile phone yang mereka miliki. Dengan kurangnya semangat belajar dengan guru seperti itu, apalagi belajar setelah zuhur tentu sangat melelahkan. Baru belajar lima menit terasa sudah satu jam. Murid bukan mendapat ilmu dari sang guru namun banyak mendapat pelajaran yang berharga, yang mana kalau ada mata pelajaran yang sama dan di bimbing oleh lebih dari satu orang guru maka ia tidak akan lagi mengambil guru yang sama. Hal inilah yang masih ada terjadi pada lembaga pendidikan sekarang ini.

REALITA DAN KINERJA PEGAWAI KANTORAN SEKARANG INI

REALITA DAN KINERJA PEGAWAI KANTORAN SEKARANG INI
Oleh Zulkifli
Dari tahun ke tahun pertambahan penduduk terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memberikan kenyamanan bagi warganya. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat harus dibarengi oleh peluang kerja yang tersedia. Sehingga dengan adanya peluang kerja tersebut, dimana nantinya akan dapat menyerap penduduk kedalam dunia kerja, dan tingkat pengangguran akan dapat ditekan. Sebab banyaknya orang-orang yang dalam usia produktif, namun belum mendapat pekerjaan hal itu hanya akan menambah beban negara.
Berbicara tentang lapangan kerja, tentu di benak kita terbayang adanya lapangan kerja yang bersifat swasta dan negeri atau yang biasa disebut sebagai pegawai negeri. Bekerja sebagai karyawan swasta tentu ada sisi untung dan sisi ruginya. Kalau berbicara untung tentu yang terpikir di benak kita uang dan uang atau “income” yang akan diperoleh. Bekerja pada suatu perusahaan yang sudah mapan, maka tentu akan menghasilkan pendapatan yang besar apalagi ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya. Namun kalau dilihat dari sisi negatifnya, maka pekerja yang memasuki usia pensiun, maka akan dilepas begitu saja sedangkan untuk uang pensiun tentu perusahaan tidak memberikan. Sehingga apabila seorang pekerja telah keluar dari perusahaan, maka hubungannya dengan perusahaan terputus, karena apabila pekerja tidak produktif lagi tentu perusahaan tidak akan mungkin mempertahankannya.
Pada perusahaan swasta biasanya gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Semakin produktif seorang pekerja, maka akan semakin tinggi gaji yang akan diperolehnya. Keahlian yang dimiliki pekerja akan menjadi tolok ukur dalam keberhasilannya dalam melakukan pekerjaan. Apabila lamban dan kurang produktifnya seorang pekerja, maka tentu akan mendapatkan imbalan atau gaji yang kecil. Bahkan pekerja yang seperti itu bisa-bisa mendapat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sebab seperti kita ketahui perusahaan swasta tujuan utamanya adalah mencari laba. Maka dengan demikian perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin melakukan hal-hal yang akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
Nah kalau berbicara mengenai masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka masyarakat kita sekarang ini masih dipengaruhi oleh suatu paradigma yang mana menjadi PNS itu adalah suatu pilihan yang terbaik. Masyarakat kita masih beranggapan bahwa jadi PNS itu masa depan akan lebih terjamin dan mempunyai penghasilan yang telah pasti setiap bulannya, bahkan adanya kemudahan-kemudahan seperti dalam urusan kesehatan. Pikiran-pikiran seperti ini sebaiknya dijauhkan dari diri kita, sebab masih banyak peluang-peluang lain yang bisa dimanfaatkan. Apalagi seseorang telah mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, tentu banyak yang bisa ia lakukan. Jangan jadikan PNS sebagai tujuan akhir, sebab mengembangkan potensi yang kita miliki akan jauh lebih baik. Apakah berupa berwiraswasta atau membuka lapangan usaha lainnya. Bahkan jadi karyawan pada perusahaan swasta pun juga merupakan peluang yang bagus. Banyak orang-orang sukses yang berlatar belakang sebagai pekerja pada perusahaan swasta. Kalau kita tilik lebih jauh semua pekerjaan bagus, namun bagaimana kita menyikapinya.
Apabila genderang genderang tes masuk PNS ditabuh, dimana-mana orang membicarakannya, baik di angkot, pasar, bahkan di perguruan tinggi tidak luput olehnya. Tidak sedikit orang-orang yang memilih karir pada jalur tersebut. Orang akan berusaha dan berlomba-lomba untuk dapat diterima. Namun kalau dilihat sekarang ini etos kerja PNS kantoran sangat rendah sekali. Bahkan ada yang beranggapan tidak bekerja pun dalam satu hari tidak masalah sebab gajinya tidak akan dikurangi. Anggapan-anggapan seperti ini sangat disayangkan keluar dari mulut seorang yang sudah diamanahkan negara dalam melancarkan kegiatan pemerintahan, sebab tugas yang diembannya adalah demi kepentingan orang banyak.
Rendahnya etos kerja PNS kantoran sekarang ini sangat terlihat jelas. Hal yang tidak bermanfaat itulah yang dilakukan. Jam kerja sudah di mulai, namun pegawainya belum juga datang. Hari ini mungkin kita menganggap keterlambatan tersebut karena ada urusan yang tidak mungkin bisa ditinggalkan. Namun apabila sudah dua kali, tiga kali berturut-turut, tentu hal ini akan merusak citra sebuah instansi pemerintahan. Belum lagi di dalam kantor suasana lebih banyak diisi dengan “ngerumpi” dan mondar-mandir tidak menentu. Bahkan yang lebih tragisnya lagi jauh sebelum jam kantor habis, namun pegawainya sudah keluar lebih dulu. Tentu terbersit di pikiran kita apakah pegawai tersebut dikantor ada pekerjaan atau tidak?
Kalau etos kerja sudah rendah dan jelek tentu hasilnya akan jelek. Apa yang dikerjakan terkesan asal-asalan, kadang terburu-buru, banyak terdapat kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Dengan demikian kinerja seseorang akan cenderung menurun dan bahkan tidak kreatif sama sekali. Ia sudah terlena dengan sejumlah uang dan jaminan yang telah diberikan oleh negara. Sebenarnya bayak yang bisa dilakukan baik untuk pengembangan kemampuan dirinya maupun untuk lembaga tempat ia mengabdikan diri.
Untuk pengembangan kreativitas tentu bisa dengan melakukan penelitian-penelitian atau membuat karya-karya tulis yang tentu sangat bermanfaat baik bagi diri pribadi maupun untuk orang lain. Apalagi para PNS tersebut telah mengenyam pendidikan tinggi dan telah banyak mengikuti pelatihan-pelatihan guna untuk pengembangan dirinya. Namun karena etos kerja yang rendah tadi, maka PNS banyak yang mempersempit ruang geraknya. Ia tidak bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan kemampuan dirinya dengan baik.
Juga dengan adanya instansi-instansi pemerintah yang memiliki pegawai dengan tingkat pendidikannya masih rendah (belum menyelesaikan perguruan tinggi). Hal ini sebaiknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Di salah satu sisi memang pegawai tersebut telah lama bekerja dan mengabdi. Namun untuk apa gunanya didirikan perguruan tinggi yang mencetak ahli-ahli yang bisa mengisi posisi tersebut, pegawai tersebut hanya kaya dengan pengalaman sehingga ia bisa melakukan pekerjaan. Sementara para lulusan perguruan tinggi selama lebih kurang empat tahun telah ditempa untuk terjun ke dunia kerja. Walau bagaimanapun dengan ilmu yang ia miliki tentu akan lebih unggul dibanding pegawai tersebut.
Adanya fenomena-fenomena yang demikian, maka pemerintah harus bijak menanganinya. Apakah itu akan memberhentikan pegawai lama dan mengganti dengan yang baru, jawabannya mungkin kita serahkan saja pada pihak-pihak yang berwenang untuk itu. Nantinya apabila suatu pekerjaan sudah dilakukan oleh ahlinya, maka hasilnya tentu akan lebih baik dan memuaskan. Ke depan tentu kita berharap kantor-kantor dinas tersebut dapat menjadi panutan kita semua. Pegawai yang cerdas dab ulet tentu akan menciptakan etos kerja yang baik pula.

Apabila ada rencana pemerintah untuk menambah PNS, sementara yang sudah ada belum bisa dioptimalkan. Kalau itu merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran, ini malah akan merugikan negara. Andaikan ada 500 orang pegawai baru yang diterima, gaji awal rata-rata Rp. 1.000.000 per orang, berarti pemerintah harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 500.000.000 per bulan. Memang hal ini akan mengurangi angka pengangguran, namun hal ini kurang etis untuk dilakukan. Lebih baik uang tersebut dialihkan pada usaha-usaha yang dapat menjadikan masyarakatnya dapat mengembangkan kreativitasnya. Seperti dengan memberikan bantuan pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), hal ini juga akan berpotensi menyerap tenaga kerja.

DI BALIK SISI POSITIF DAN NEGATIFNYA SANG PENGUASA ORBA

DI BALIK SISI POSITIF DAN NEGATIFNYA SANG PENGUASA ORBA
Oleh : Zulkifli
(Mhs FE UNP)
Setiap yang namanya hidup tentu ada sisi positif dan negatifnya. Siapapun orangnya hal tersebut merupakan fenomena yang akan dilaluinya. Ini merupakan bumbu dan sebagai penyedap dalam kehidupan seseorang. Mustahil rasanya seseorang hanya ada sisi positifnya dalam menjalani hidup ini. Manusia tidak ada yang sempurna yang mana selalu benar dalam setiap perbuatannya dan tingkah lakunya.
Yang menilai baik buruknya tingkah laku seseorang tentu orang lain. Orang akan menilai seberapa jauh sikap dan tingkah laku seseorang dapat diterima di masyarakat. Walaupun ia berbuat baik menurut pikirannya belum tentu orang lain akan senang atas perbuatannya tersebut. Bahkan mungkin tindakannya tersebut akan membuat orang lain merasa dirugikan. Namun yang menurutnya tindakan iu salah belum tentu orang lain mencap itu salah, sebab bisa jadi tindakan itu dapat menguntungkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sisi positif dan negatif pada diri seseorang selalu berjalan beriringan, sebab hal tersebut terjadi karena adanya tindakan dan reaksi. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan maka nantinya akan menimbulkan reaksi dari orang lain. Ada yang mendukung terhadap tindakan tersebut dan tentu juga ada yang tidak menyenanginya.
Dalam suatu pemerintahan misalnya, tentu ada yang pro dan kontra terhadap pemerintahan tersebut. Baik yang pro maupun yang kontra, ia memiliki kelompok masa yang berbeda-beda. Walaupun suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah melalui proses yang panjang dan memakan waktu yang lama, namun setelah kebijakan tersebut disahkan tetap saja ada yang pro dan kontra. Terjadinya pro dan kontra terhadap suatu kebijakan mengidentifikasikan pada kita bahwa adanya keinginan-keinginan kelompok tertentu dalam suatu kebijakan. Sehingga tidak salah adanya suatu ungkapan yang berkembang di masyarakat bahwa kepala yang sama-sama hitam namun watak atau sikapnya berbeda-beda.
Ditilik pada masa pemerintahan Orde Baru atau orang lebih sering menyebutnya ORBA., dimana pada masa pemerintahan tersebut telah menancapkan kepemimpinannya dibumi pertiwi ini selama lebih kurang 32 tahun. Sungguh waktu yang tidak sebentar kalau di lihat rata-rata umur orang Indonesia, maka hal itu merupakan separuh dari usia orang Indonesia. Walau berganti tahun dan zaman, namun pemerintahan ORBA tetap eksis dalam memimpin Indonesia ini.
Di balik eksisnya pemerintahan ORBA yang dimotori oleh mantan Presiden Soeharto tetap dibumbui dengan sisi positif dan negatifnya. Sisi positif dan negatif tersebut tentu salah satunya dapat di lihat dari apa yang dirasakan oleh rakyat Indonesia selama ORBA berkuasa. Tentu kita dapat mengukur seberapa jauh pengaruh dari pemerintahan ORBA tersebut.
Walau orang selalu cenderung menggugat dan memojokkan orang nomor satu pada masa ORBA tersebut, namun sisi positif pada masa pemerintahannya tetap ada. Kalau ditanya rakyat terutama yang tinggal di daerah-daerah, terutama kaum ibu-ibu bahkan ia menyatakan susah hidup di zaman sekarang ini semua barang-barang kebutuhan pokok mahal sehingga rasanya uang tidak lagi berarti. Dulu ibu-ibu ke pasar dengan uang sebesar Rp. 50.000,- sudah cukup lauk pauk selama satu minggu. Hal itu bertolak belakang jika dibandingkan masa sekarang, dengan jumlah uang yang sama ibu-ibu sering mengeluh dalam berbelanja. Bahkan kalau hanya membawa uang RP. 50.000,- ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur, ia lebih memilih untuk menitip sama tetangga yang mau ke pasar. Itulah celotehan ibu-ibu di daerah sekarang ini.
Fenomena tersebut memang tidak bisa dipungkiri, kita mengetahui bahwa pada masa pemerintahan ORBA mata uang rupiah kuat dan bisa bersaing di kawasan khususnya. Dengan menguatnya mata uang rupiah tentu juga berdampak pada mata uang dalam negeri. Kita mengetahui bahwa harga barang-barang terutama kebutuhan pokok masih dapat dijangkau oleh masyarakat. Seperti beras misalnya, di awal tahun 1990-an harga satu gantang masih dapat diperoleh dengan uang Rp.1000,- sehingga dengan uang sebesar itu sudah dapat memenuhi makan satu hari satu keluarga. Namun kalau dibandingkan sekarang ini memang perbedaannya cukup kontras.
Juga apabila kita lihat harga emas misalnya, sebab emas dapat juga menjadi patokan melemah atau menguatnya mata uang dalam negeri. Pada tahun 1996 harga satu gram emas masih dapat diperoleh dengan uang Rp.120.000,-. Hal ini boleh dikatakan masih stabil yang mana kalau dibandingkan dengan pendapatan ngtanpa meronggoh kocek terlalu dalam. Namun kalau di lihat sekarang ini harga emas melambung tinggi seiring dengan melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar AS.
Perekonomian Indonesia juga mengalami pertumbuhan seiring dengan lancarnya pembangunan di daerah-daerah. Dengan adanya pembangunan tersebut, maka juga berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Atas jasa-jasanya dalam membangun Indonesia, maka ia di beri kehormatan sebagai Bapak Pembangunan Indonesia. Ia ini telah sukses memperbaiki infrastruktur-infrastruktur yang menunjang meningkatnya perekonomian.
Dan dilihat dari kehidupan sosial, masyarakat Indonesia secara keseluruhan cukup terkendali. Masyarakat hidup jauh dari kerusuhan yang sangat mengancam dan juga dapat mengganggu perekonomian. Masyarakat dapat beraktivitas dengan lancar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walau ada penentangan-penentangan terhadap pemerintah yang berkuasa namun pemerintah dapat meredamnya. Itulah secuil cara politik yang diterapkan oleh pemerintah ORBA, dengan mesin politiknya ia bisa menguasai dan meredam amarah-amarah yang terjadi pada rakyat.
Di kawasan ASEAN misalnya, mantan penguasa ORBA tersebut juga sangat menyatukan suatu kawasan guna saling mendukung bagi kelancaran pembangunan negara masing-masing. Juga Soeharto berperan besar dalam mewujudkan keamanan antara Indonesia dan Malaysia, sehingga atas jasa-jasanya tersebut lahirlah ungkapan bangsa serumpun. Ungkapan tersebut tentu bertujuan untuk mempererat hubungan kedua negara. Dan juga Soeharto telah berperan dalam terciptanya keamanan di negara tetangga Pilipina yang selalu mengalami pemberontakan.
Atas jasa-jasanya terhadap negara-negara ASEAN khususnya, dikala mendengar berita meninggalnya Soeharto maka berdatangan ucapan-ucapan belasungkawa dari negara-negara tetangga bahkan juga dunia. Pemerintah Pilipina misalnya, mendengar berita duka tersebut langsung presiden Macapagal Arroyo atas nama rakyat Pilipina mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berita duka tersebut. Sedangkan perdana menteri Singapura langsung terbang ke Indonesia untuk melayat ke rumah duka. Semua orang merasa kehilangan dengan meninggalnya Soeharto karena ia telah berjasa bagi Indonesia maupun kawasan ASEAN khususnya.
Walaupun ada sisi positif Soeharto, namun sisi negatifnya juga ada. Hal itu tidak bisa dipungkiri, seperti kita ketahui pada masa pemerintahan ORBA dalam melakukan pembangunan selalu mengandalkan pinjaman luar negeri. Pinjaman tersebut membuat hutang Indonesia menumpuk dan membumbung tinggi, sehingga jangan untuk membayar cicilan hutang untuk membayar bunga saja negara sudah merasa kewalahan
Dengan adanya kebiasaan ORBA yang demikian hanya akan menguntungkan orang lain. Seolah-olah Indonesia sudah di bawah bayang-bayang International Monetary Fund (IMF) dan Word Bank. Kita hanya memperkaya orang lain sementara negara Indonesia yang mempunyai sumberdaya alam yang di bangga-banggakan haya terkuras untuk membayar hutang. Negara tidak akan bisa mandiri apabila selalu dimanjakan dengan pinjaman-pinjaman. Sementara kita tidak menyadari bahwa bagaimanakah nanti untuk membayarnya. Apakah ini merupakan sebuah kenang-kenangan dari pemerintahan ORBA yang ditinggalkan untuk rakyat dan penerusnya?.
Satu hal lagi yang tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa pemerintahan sampai pada pejabat daerah, sehingga hal ini hanya akan memperkaya individu-ivdividu atau golongan tertentu. Korupsi tentu sangat merugikan negara dan berdampak pada kehidupan rakyat. Sudahlah negara disirami dengan pinjaman-pinjaman luar negeri, di dalami juga negeri juga terjadi korupsi. Sehingga seolah-olah bantuan hanya untuk mensejahterakan kantong-kantong atau rumahtangga sekelompok orang dan rakyat tetap hidup miskin.
Puncak dari akhir kekuasaan ORBA adalah semakin menjadi-jadinya korupsi, sehingga rakyat tidak bisa lagi menerima pemerintahan ORBA. Ditambah lagi tahun 1998 tersebut merupakan bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu adanya pesta pemilihan umum yang mana pemenang tunggalnya masih penguasa ORBA tersebut. Setali tiga uang dengan peristiwa tersebut juga tahun 1997/98 tersebuat merupakan awal terjadinya krisis moneter yang sangat memukul perekonomian Indonesia. Sehingga menyebabkan terjadinya huru hara terutama di kota-kota besar. Rakyat tidak lagi percaya pada pemerintah yang berkuasa, bahkan terjadi aksi-aksi pembakaran toko dan aksi kriminal lainnya. Rakyat menjadi mengganas dan tidak takut lagi pada pemerintah. Dimana-mana terjadi aksi demo dan juga kerusuhan besar-besaran yang membuat pemerintahan tidak lagi berjalan sebagai mana mestinya, sehingga disaat-saat itulah ORBA maletakkan kekuasaannya. Akhir kekuasaan ORBA cukup tragis, bahkan setelah itu negara terus dilanda kerusuhan secara beruntun dan juga guncangan ekonomi yang kuat telah membuat secara drastis melemahnya nilai rupiah dan terjadinya inflsi yang begitu tinggi.