Rabu, 13 Februari 2008

DI BALIK SISI POSITIF DAN NEGATIFNYA SANG PENGUASA ORBA

DI BALIK SISI POSITIF DAN NEGATIFNYA SANG PENGUASA ORBA
Oleh : Zulkifli
(Mhs FE UNP)
Setiap yang namanya hidup tentu ada sisi positif dan negatifnya. Siapapun orangnya hal tersebut merupakan fenomena yang akan dilaluinya. Ini merupakan bumbu dan sebagai penyedap dalam kehidupan seseorang. Mustahil rasanya seseorang hanya ada sisi positifnya dalam menjalani hidup ini. Manusia tidak ada yang sempurna yang mana selalu benar dalam setiap perbuatannya dan tingkah lakunya.
Yang menilai baik buruknya tingkah laku seseorang tentu orang lain. Orang akan menilai seberapa jauh sikap dan tingkah laku seseorang dapat diterima di masyarakat. Walaupun ia berbuat baik menurut pikirannya belum tentu orang lain akan senang atas perbuatannya tersebut. Bahkan mungkin tindakannya tersebut akan membuat orang lain merasa dirugikan. Namun yang menurutnya tindakan iu salah belum tentu orang lain mencap itu salah, sebab bisa jadi tindakan itu dapat menguntungkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sisi positif dan negatif pada diri seseorang selalu berjalan beriringan, sebab hal tersebut terjadi karena adanya tindakan dan reaksi. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan maka nantinya akan menimbulkan reaksi dari orang lain. Ada yang mendukung terhadap tindakan tersebut dan tentu juga ada yang tidak menyenanginya.
Dalam suatu pemerintahan misalnya, tentu ada yang pro dan kontra terhadap pemerintahan tersebut. Baik yang pro maupun yang kontra, ia memiliki kelompok masa yang berbeda-beda. Walaupun suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah melalui proses yang panjang dan memakan waktu yang lama, namun setelah kebijakan tersebut disahkan tetap saja ada yang pro dan kontra. Terjadinya pro dan kontra terhadap suatu kebijakan mengidentifikasikan pada kita bahwa adanya keinginan-keinginan kelompok tertentu dalam suatu kebijakan. Sehingga tidak salah adanya suatu ungkapan yang berkembang di masyarakat bahwa kepala yang sama-sama hitam namun watak atau sikapnya berbeda-beda.
Ditilik pada masa pemerintahan Orde Baru atau orang lebih sering menyebutnya ORBA., dimana pada masa pemerintahan tersebut telah menancapkan kepemimpinannya dibumi pertiwi ini selama lebih kurang 32 tahun. Sungguh waktu yang tidak sebentar kalau di lihat rata-rata umur orang Indonesia, maka hal itu merupakan separuh dari usia orang Indonesia. Walau berganti tahun dan zaman, namun pemerintahan ORBA tetap eksis dalam memimpin Indonesia ini.
Di balik eksisnya pemerintahan ORBA yang dimotori oleh mantan Presiden Soeharto tetap dibumbui dengan sisi positif dan negatifnya. Sisi positif dan negatif tersebut tentu salah satunya dapat di lihat dari apa yang dirasakan oleh rakyat Indonesia selama ORBA berkuasa. Tentu kita dapat mengukur seberapa jauh pengaruh dari pemerintahan ORBA tersebut.
Walau orang selalu cenderung menggugat dan memojokkan orang nomor satu pada masa ORBA tersebut, namun sisi positif pada masa pemerintahannya tetap ada. Kalau ditanya rakyat terutama yang tinggal di daerah-daerah, terutama kaum ibu-ibu bahkan ia menyatakan susah hidup di zaman sekarang ini semua barang-barang kebutuhan pokok mahal sehingga rasanya uang tidak lagi berarti. Dulu ibu-ibu ke pasar dengan uang sebesar Rp. 50.000,- sudah cukup lauk pauk selama satu minggu. Hal itu bertolak belakang jika dibandingkan masa sekarang, dengan jumlah uang yang sama ibu-ibu sering mengeluh dalam berbelanja. Bahkan kalau hanya membawa uang RP. 50.000,- ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur, ia lebih memilih untuk menitip sama tetangga yang mau ke pasar. Itulah celotehan ibu-ibu di daerah sekarang ini.
Fenomena tersebut memang tidak bisa dipungkiri, kita mengetahui bahwa pada masa pemerintahan ORBA mata uang rupiah kuat dan bisa bersaing di kawasan khususnya. Dengan menguatnya mata uang rupiah tentu juga berdampak pada mata uang dalam negeri. Kita mengetahui bahwa harga barang-barang terutama kebutuhan pokok masih dapat dijangkau oleh masyarakat. Seperti beras misalnya, di awal tahun 1990-an harga satu gantang masih dapat diperoleh dengan uang Rp.1000,- sehingga dengan uang sebesar itu sudah dapat memenuhi makan satu hari satu keluarga. Namun kalau dibandingkan sekarang ini memang perbedaannya cukup kontras.
Juga apabila kita lihat harga emas misalnya, sebab emas dapat juga menjadi patokan melemah atau menguatnya mata uang dalam negeri. Pada tahun 1996 harga satu gram emas masih dapat diperoleh dengan uang Rp.120.000,-. Hal ini boleh dikatakan masih stabil yang mana kalau dibandingkan dengan pendapatan ngtanpa meronggoh kocek terlalu dalam. Namun kalau di lihat sekarang ini harga emas melambung tinggi seiring dengan melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar AS.
Perekonomian Indonesia juga mengalami pertumbuhan seiring dengan lancarnya pembangunan di daerah-daerah. Dengan adanya pembangunan tersebut, maka juga berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Atas jasa-jasanya dalam membangun Indonesia, maka ia di beri kehormatan sebagai Bapak Pembangunan Indonesia. Ia ini telah sukses memperbaiki infrastruktur-infrastruktur yang menunjang meningkatnya perekonomian.
Dan dilihat dari kehidupan sosial, masyarakat Indonesia secara keseluruhan cukup terkendali. Masyarakat hidup jauh dari kerusuhan yang sangat mengancam dan juga dapat mengganggu perekonomian. Masyarakat dapat beraktivitas dengan lancar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walau ada penentangan-penentangan terhadap pemerintah yang berkuasa namun pemerintah dapat meredamnya. Itulah secuil cara politik yang diterapkan oleh pemerintah ORBA, dengan mesin politiknya ia bisa menguasai dan meredam amarah-amarah yang terjadi pada rakyat.
Di kawasan ASEAN misalnya, mantan penguasa ORBA tersebut juga sangat menyatukan suatu kawasan guna saling mendukung bagi kelancaran pembangunan negara masing-masing. Juga Soeharto berperan besar dalam mewujudkan keamanan antara Indonesia dan Malaysia, sehingga atas jasa-jasanya tersebut lahirlah ungkapan bangsa serumpun. Ungkapan tersebut tentu bertujuan untuk mempererat hubungan kedua negara. Dan juga Soeharto telah berperan dalam terciptanya keamanan di negara tetangga Pilipina yang selalu mengalami pemberontakan.
Atas jasa-jasanya terhadap negara-negara ASEAN khususnya, dikala mendengar berita meninggalnya Soeharto maka berdatangan ucapan-ucapan belasungkawa dari negara-negara tetangga bahkan juga dunia. Pemerintah Pilipina misalnya, mendengar berita duka tersebut langsung presiden Macapagal Arroyo atas nama rakyat Pilipina mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berita duka tersebut. Sedangkan perdana menteri Singapura langsung terbang ke Indonesia untuk melayat ke rumah duka. Semua orang merasa kehilangan dengan meninggalnya Soeharto karena ia telah berjasa bagi Indonesia maupun kawasan ASEAN khususnya.
Walaupun ada sisi positif Soeharto, namun sisi negatifnya juga ada. Hal itu tidak bisa dipungkiri, seperti kita ketahui pada masa pemerintahan ORBA dalam melakukan pembangunan selalu mengandalkan pinjaman luar negeri. Pinjaman tersebut membuat hutang Indonesia menumpuk dan membumbung tinggi, sehingga jangan untuk membayar cicilan hutang untuk membayar bunga saja negara sudah merasa kewalahan
Dengan adanya kebiasaan ORBA yang demikian hanya akan menguntungkan orang lain. Seolah-olah Indonesia sudah di bawah bayang-bayang International Monetary Fund (IMF) dan Word Bank. Kita hanya memperkaya orang lain sementara negara Indonesia yang mempunyai sumberdaya alam yang di bangga-banggakan haya terkuras untuk membayar hutang. Negara tidak akan bisa mandiri apabila selalu dimanjakan dengan pinjaman-pinjaman. Sementara kita tidak menyadari bahwa bagaimanakah nanti untuk membayarnya. Apakah ini merupakan sebuah kenang-kenangan dari pemerintahan ORBA yang ditinggalkan untuk rakyat dan penerusnya?.
Satu hal lagi yang tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa pemerintahan sampai pada pejabat daerah, sehingga hal ini hanya akan memperkaya individu-ivdividu atau golongan tertentu. Korupsi tentu sangat merugikan negara dan berdampak pada kehidupan rakyat. Sudahlah negara disirami dengan pinjaman-pinjaman luar negeri, di dalami juga negeri juga terjadi korupsi. Sehingga seolah-olah bantuan hanya untuk mensejahterakan kantong-kantong atau rumahtangga sekelompok orang dan rakyat tetap hidup miskin.
Puncak dari akhir kekuasaan ORBA adalah semakin menjadi-jadinya korupsi, sehingga rakyat tidak bisa lagi menerima pemerintahan ORBA. Ditambah lagi tahun 1998 tersebut merupakan bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu adanya pesta pemilihan umum yang mana pemenang tunggalnya masih penguasa ORBA tersebut. Setali tiga uang dengan peristiwa tersebut juga tahun 1997/98 tersebuat merupakan awal terjadinya krisis moneter yang sangat memukul perekonomian Indonesia. Sehingga menyebabkan terjadinya huru hara terutama di kota-kota besar. Rakyat tidak lagi percaya pada pemerintah yang berkuasa, bahkan terjadi aksi-aksi pembakaran toko dan aksi kriminal lainnya. Rakyat menjadi mengganas dan tidak takut lagi pada pemerintah. Dimana-mana terjadi aksi demo dan juga kerusuhan besar-besaran yang membuat pemerintahan tidak lagi berjalan sebagai mana mestinya, sehingga disaat-saat itulah ORBA maletakkan kekuasaannya. Akhir kekuasaan ORBA cukup tragis, bahkan setelah itu negara terus dilanda kerusuhan secara beruntun dan juga guncangan ekonomi yang kuat telah membuat secara drastis melemahnya nilai rupiah dan terjadinya inflsi yang begitu tinggi.

Tidak ada komentar: