Rabu, 13 Februari 2008

REALITA DAN KINERJA PEGAWAI KANTORAN SEKARANG INI

REALITA DAN KINERJA PEGAWAI KANTORAN SEKARANG INI
Oleh Zulkifli
Dari tahun ke tahun pertambahan penduduk terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memberikan kenyamanan bagi warganya. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat harus dibarengi oleh peluang kerja yang tersedia. Sehingga dengan adanya peluang kerja tersebut, dimana nantinya akan dapat menyerap penduduk kedalam dunia kerja, dan tingkat pengangguran akan dapat ditekan. Sebab banyaknya orang-orang yang dalam usia produktif, namun belum mendapat pekerjaan hal itu hanya akan menambah beban negara.
Berbicara tentang lapangan kerja, tentu di benak kita terbayang adanya lapangan kerja yang bersifat swasta dan negeri atau yang biasa disebut sebagai pegawai negeri. Bekerja sebagai karyawan swasta tentu ada sisi untung dan sisi ruginya. Kalau berbicara untung tentu yang terpikir di benak kita uang dan uang atau “income” yang akan diperoleh. Bekerja pada suatu perusahaan yang sudah mapan, maka tentu akan menghasilkan pendapatan yang besar apalagi ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya. Namun kalau dilihat dari sisi negatifnya, maka pekerja yang memasuki usia pensiun, maka akan dilepas begitu saja sedangkan untuk uang pensiun tentu perusahaan tidak memberikan. Sehingga apabila seorang pekerja telah keluar dari perusahaan, maka hubungannya dengan perusahaan terputus, karena apabila pekerja tidak produktif lagi tentu perusahaan tidak akan mungkin mempertahankannya.
Pada perusahaan swasta biasanya gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Semakin produktif seorang pekerja, maka akan semakin tinggi gaji yang akan diperolehnya. Keahlian yang dimiliki pekerja akan menjadi tolok ukur dalam keberhasilannya dalam melakukan pekerjaan. Apabila lamban dan kurang produktifnya seorang pekerja, maka tentu akan mendapatkan imbalan atau gaji yang kecil. Bahkan pekerja yang seperti itu bisa-bisa mendapat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sebab seperti kita ketahui perusahaan swasta tujuan utamanya adalah mencari laba. Maka dengan demikian perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin melakukan hal-hal yang akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
Nah kalau berbicara mengenai masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka masyarakat kita sekarang ini masih dipengaruhi oleh suatu paradigma yang mana menjadi PNS itu adalah suatu pilihan yang terbaik. Masyarakat kita masih beranggapan bahwa jadi PNS itu masa depan akan lebih terjamin dan mempunyai penghasilan yang telah pasti setiap bulannya, bahkan adanya kemudahan-kemudahan seperti dalam urusan kesehatan. Pikiran-pikiran seperti ini sebaiknya dijauhkan dari diri kita, sebab masih banyak peluang-peluang lain yang bisa dimanfaatkan. Apalagi seseorang telah mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, tentu banyak yang bisa ia lakukan. Jangan jadikan PNS sebagai tujuan akhir, sebab mengembangkan potensi yang kita miliki akan jauh lebih baik. Apakah berupa berwiraswasta atau membuka lapangan usaha lainnya. Bahkan jadi karyawan pada perusahaan swasta pun juga merupakan peluang yang bagus. Banyak orang-orang sukses yang berlatar belakang sebagai pekerja pada perusahaan swasta. Kalau kita tilik lebih jauh semua pekerjaan bagus, namun bagaimana kita menyikapinya.
Apabila genderang genderang tes masuk PNS ditabuh, dimana-mana orang membicarakannya, baik di angkot, pasar, bahkan di perguruan tinggi tidak luput olehnya. Tidak sedikit orang-orang yang memilih karir pada jalur tersebut. Orang akan berusaha dan berlomba-lomba untuk dapat diterima. Namun kalau dilihat sekarang ini etos kerja PNS kantoran sangat rendah sekali. Bahkan ada yang beranggapan tidak bekerja pun dalam satu hari tidak masalah sebab gajinya tidak akan dikurangi. Anggapan-anggapan seperti ini sangat disayangkan keluar dari mulut seorang yang sudah diamanahkan negara dalam melancarkan kegiatan pemerintahan, sebab tugas yang diembannya adalah demi kepentingan orang banyak.
Rendahnya etos kerja PNS kantoran sekarang ini sangat terlihat jelas. Hal yang tidak bermanfaat itulah yang dilakukan. Jam kerja sudah di mulai, namun pegawainya belum juga datang. Hari ini mungkin kita menganggap keterlambatan tersebut karena ada urusan yang tidak mungkin bisa ditinggalkan. Namun apabila sudah dua kali, tiga kali berturut-turut, tentu hal ini akan merusak citra sebuah instansi pemerintahan. Belum lagi di dalam kantor suasana lebih banyak diisi dengan “ngerumpi” dan mondar-mandir tidak menentu. Bahkan yang lebih tragisnya lagi jauh sebelum jam kantor habis, namun pegawainya sudah keluar lebih dulu. Tentu terbersit di pikiran kita apakah pegawai tersebut dikantor ada pekerjaan atau tidak?
Kalau etos kerja sudah rendah dan jelek tentu hasilnya akan jelek. Apa yang dikerjakan terkesan asal-asalan, kadang terburu-buru, banyak terdapat kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Dengan demikian kinerja seseorang akan cenderung menurun dan bahkan tidak kreatif sama sekali. Ia sudah terlena dengan sejumlah uang dan jaminan yang telah diberikan oleh negara. Sebenarnya bayak yang bisa dilakukan baik untuk pengembangan kemampuan dirinya maupun untuk lembaga tempat ia mengabdikan diri.
Untuk pengembangan kreativitas tentu bisa dengan melakukan penelitian-penelitian atau membuat karya-karya tulis yang tentu sangat bermanfaat baik bagi diri pribadi maupun untuk orang lain. Apalagi para PNS tersebut telah mengenyam pendidikan tinggi dan telah banyak mengikuti pelatihan-pelatihan guna untuk pengembangan dirinya. Namun karena etos kerja yang rendah tadi, maka PNS banyak yang mempersempit ruang geraknya. Ia tidak bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan kemampuan dirinya dengan baik.
Juga dengan adanya instansi-instansi pemerintah yang memiliki pegawai dengan tingkat pendidikannya masih rendah (belum menyelesaikan perguruan tinggi). Hal ini sebaiknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Di salah satu sisi memang pegawai tersebut telah lama bekerja dan mengabdi. Namun untuk apa gunanya didirikan perguruan tinggi yang mencetak ahli-ahli yang bisa mengisi posisi tersebut, pegawai tersebut hanya kaya dengan pengalaman sehingga ia bisa melakukan pekerjaan. Sementara para lulusan perguruan tinggi selama lebih kurang empat tahun telah ditempa untuk terjun ke dunia kerja. Walau bagaimanapun dengan ilmu yang ia miliki tentu akan lebih unggul dibanding pegawai tersebut.
Adanya fenomena-fenomena yang demikian, maka pemerintah harus bijak menanganinya. Apakah itu akan memberhentikan pegawai lama dan mengganti dengan yang baru, jawabannya mungkin kita serahkan saja pada pihak-pihak yang berwenang untuk itu. Nantinya apabila suatu pekerjaan sudah dilakukan oleh ahlinya, maka hasilnya tentu akan lebih baik dan memuaskan. Ke depan tentu kita berharap kantor-kantor dinas tersebut dapat menjadi panutan kita semua. Pegawai yang cerdas dab ulet tentu akan menciptakan etos kerja yang baik pula.

Apabila ada rencana pemerintah untuk menambah PNS, sementara yang sudah ada belum bisa dioptimalkan. Kalau itu merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran, ini malah akan merugikan negara. Andaikan ada 500 orang pegawai baru yang diterima, gaji awal rata-rata Rp. 1.000.000 per orang, berarti pemerintah harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 500.000.000 per bulan. Memang hal ini akan mengurangi angka pengangguran, namun hal ini kurang etis untuk dilakukan. Lebih baik uang tersebut dialihkan pada usaha-usaha yang dapat menjadikan masyarakatnya dapat mengembangkan kreativitasnya. Seperti dengan memberikan bantuan pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), hal ini juga akan berpotensi menyerap tenaga kerja.

Tidak ada komentar: