Jumat, 22 Februari 2008

APAKAH HANYA SERTIFIKASI SAJA?

APAKAH HANYA SERTIFIKASI SAJA?
Oleh : Zulkifli
(Mhs FE UNP)

Tidak asing lagi bahwa dunia pendidikan Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia rendah. Walau menjamur sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi di negeri ini namun out put belum bisa begitu bisa dihandalkan, apakah penyebab hal ini terjadi ?

Dulu di era 70-an Malaysia merupakan konsumen untuk tenaga pendidik Indonesia. Banyak guru-guru negeri ini yang mencoba peruntungan di sana. Malaysia memang kekurangan guru untuk mengajar di instansi pendidikan. Namun berkat kerja keras dan kesungguhan pemerintah Malaysia memperhatikan dunia pendidikannya, maka sedikit demi sedikit pendidikan Malaysia tersebut berkembang.

Adalah fenomena yng tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pendidikan Malaysia sudah meninggalkan Indonesia. Dengan kegigihan dan kerjatkeras pemerintahnya pendidikan Malaysia sudah memperlihatkan kualitasnya. Dulu pemuda-pemuda Malaysia menuntut ilmu ke Indonesia namun sekarang hal ini terbalik malah pemuda Indonesia yang belajar ke negeri tersebut. Mempunyai kesempatan belajar di negeri Jiran tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi pemuda Indonesia, sehingga Malaysia merupakan salah satu yang menjadi tujuan bagi pemuda Indonesia untuk melanjudkan studinya.

Tidak saja sampai di situ bahkan sekarang ini pemerintah daerah, baik itu kabupaten maupun kota rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup besar guna untuk melakukan studi banding ke negeri Jiran tersebut. Fenomena ini tentu bertolak belakang, dulu kita menjadi pusat percontohan pendidikan bagi Malaysia, namun sekarang malah Indonesia yang belajar ke Malaysia. Studi banding tersebut tentu bertujuan untuk melihat dan mempelajari bagaimana pemerintah Malaysia memainkan perananannya dalam dunia pendidikan.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan akhir dari studi banding tersebut akan berbuah Memorandum of Understanding (MoU). MoU itu berupa kerjasama antara pemdanya Malaysia dengan pemdanya Indonesia yang melakukan studi banding tersebut, sehingga sekarang ini banyak terjadi pertukaran pelajar antara kedua negara. Bahkan perguruan tinggi pun tidak mau ketinggalan, sehinga terjadi kerja sama antar perguruan tinggi. Selain terjadinya pertukaran informasi juga di buka kelas-kelas khusus yang bertujuan untuk dikirim nantinya ke salah satu perguruan tinggi di Malaysia. Diakhir-akhir masa studinya, maka ia dikembalikan ke perguruan tinggi asalnya. Ujung dari semua ini tentu bertujuan pada peningkatan SDM dalam negeri. Dari fenomena tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan Malaysia lebih unggul dalam meningkatkan SDM.

Melihat realita tersebut tentu terfikir di benak kita, kenapa Indonesia yang lebih duluan star namun sekarang sudah di dahului oleh Malaysia, apa penyebabnya ?

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru merupakan tenaga pendidik untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa, namun banyak kita malihat guru-guru yang mempunyai multi profesi. Bahkan jabatannya sebagai seorang guru kadang terkesan hanya untuk mengulang-ulang ilmu yang mereka peroleh dibangku pendidikan dulu. Kadang kalau di tanya mengenai profesinya, mereka agak enggan untuk menjawabnya, seolah-olah menjadi guru merupakan suatu profesi yang tidak menyenangkan.

Untuk mengimbangi image yang demikian, maka seorang guru mencari kerja sampingan atau profesi lain. Bagi mereka yang mempunyai modal besar tentu ia akan membuka toko atau tempat bimbingan belajar. Namun ada juga bagi guru yang tinggal di daerah pedesaan, mereka tidak segan-segan untuk turun ke sawah mengolah lahannya. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, di salah satu berita di stasiun televisi kita melihat bahwa ada seorang guru yang melakukan profesi sebagai tukang ojek setelah selesai mengajar. Sepulang sekolah tentu sangat melelahkan, apalagi kalau mengajar full tentu sangat menguras energi. Namun untuk memenuhi kebutuhan, maka profesi demikian terpaksa digelutinya. Kalau di lihat lebih medetil lagi maka banyak ragam kegiatan sampingan yang dilakukan oleh seorang guru.

Profesi-profesi di luar sebagai seorang guru tersebut, di lakoni karena masih rendahnya gaji yang mereka terima, sementara hari kehari kebutuhan selalu meningkat sehingga tidak cukup hanya mengandalkan gaji semata. Apalagi kalau seorang guru mempunyai tanggungan yang sedang mengecap pendidikan tentu butuh biaya yang besar, maka untuk mencukupi kebutuhan tersebut dicarilah peluang-peluang usaha lain.

Dengan adanya fenomena demikian, tentu dalam mengajar seorang guru tidak bisa fokus lagi, karena ia harus memikirkan hal yang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Sehingga kadang seorang guru hanya mengajar untuk melepas tanggung kan jawab saja. Adanya kenyataan demikian tentu proses belajar mengajar (PBM) tidak akan sesuai dengan yang diharapkan sehingga berdampak pada out put yang dihasilkan nantinya.

Karena semakin merosotnya kulitas pendidikan negeri ini, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang sertifikasi guru dan dosen. Sertifikasi guru telah dilakukan beberapa tahap mulai dari guru tingkat SD sampai ke perguruan tinggi. Walaupun seorang guru tidak lolos dalam sertifikasi, maka ia akan diberi semacam pelatihan atau diklat yang nantinya juga akan dapat sertifiksi.

Dengan adanya sertifikasi tersebut, tentu merupakan babak baru bagi guru dan dosen, oleh sebab itu guru berlomba-lomba untuk memperolehnya dengan melengkapi berbagai syarat yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan. Apabila seorang guru lulus dalam sertifiksi maka pemerintah akan meningkankan penghasilannya.

Sertifikasi merupakan salah satu solusi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen. Dengan adanya sertifikasi ini maka tentu dampak yang diharapkan pemerintah pemerintah adalah meningkatnya kualitas pendidikan. Dengan meningkatnya kesejahteraan guru tentu ia akan lebih dituntut untuk fokus mengapdi pada dunia pendidikan, karena kita tahu majunya pendidikan suatu negara akan berdampak pada pembangunan negara tersebut.

Salah satu dampak dari sertifikasi tentu meningkatnya incame guru, namun spakah hanya dengan sertifikasi tersebut akan meningkatkan kualitas pendidikan?. Hal ini perlu direnungkan bahwa meningkatnya kualitas pendidikan tidak saja tergantung pada kesejahteraan tenaga pendidik, namun juga tergantung pada anggaran yang dianggarkan pada sektor pendidikan tersebut. Seperti kita ketahui di Malaysia anggaran untuk bidang pendidikan sudah mencapai angka 20%, namun bagaimanakah dengan Indonesia?.

Masih rendahnya anggaran pendidikan di negeri ini adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi. Setiap sekolah tentu harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar proses belajar mengajar (PBM) berjalan dengan lancar. Setiap sekolah tentu harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar PBM dapat berjalan dengan lancar. Misalnya dilengkapi dengan adanya pustaka, labor dan sebagainya yang dapat menunjang PBM, namun bagaimanakah kondisi sekolah-sekolah sekarang ini ?.

Fenomena yang juga kita lihat sekarang ini bahwa setiap sekolah mempunyai lokal-lokal yang terbatas sehingga setiap lokal terjadi penumpukan siswa. Kondisi ini tentu mambuat PBM tidak dengan efektif. Sejak dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi banyak terdapat lokal yang tidak ideal, hal ini tentu sangat berpengaruh terpengaruh terhadap hasil dari PBM.

Kelas atau lokal yang ideal tentu mempunyai siswa maksimal hanya 25 orang. Dengan demikian tentu seorang guru mudah mengontrol dan mengendalikan siswanya. Pengontrolan kelas sangat diperlukan karena melalui itulah nantinya siswa akan memahami pelajaran yang disampaikan, namun apabila guru tidak bisa menguasai kelas maka apa yang diterangkan tentu akan sulit dimngerti oleh siswa.

Apabila pemerintah ingin menciptakan kelas yang ideal,. maka pemerintah harus menambah lokal-lokal pada hampir setiap jenjang pendidikan, karena mungkin baru sebagian kecil sekolah-sekolah yang telah sanggup menerapkannya. Jangan bicara Indonesia dulu mungkin cukup bicara wilayah Sumatera Barat, tentu pemerintah harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk penambahan sarana belajar tersebut. Karena kita mengetahui bahwa saat ini umumnya sekolah-sekolah belum mempunyai kelas yang ideal, sehingga lembaga pendidikan sekarang ini terkesan lebih menonjolkan kuantitas dari pada kualitas.

Oleh sebab itu untuk memperbaiki kualitas pendidikan tersebut, pemerintah harus meningkatkan anggarannya. Masih banyak lagi sarana dan prasarana yang harus di tambah dan diperbaiki. Mustahil untuk meningkatkan pendidikan negeri ini hanya dengan meningkatkan kesejahteraan guru, sementara anggaran pada sektor pendidikan masih terlalu minim.

Walau kesejahteraan guru sudah meningkat namun kalau sarana dan prasarana kurang memadai tentu out put yang diharapkan nantinya tidak begitu memuaskan. Bagaimana PBM akan berjalan dengan baik sementara lokal penuh dan terbatasnya alat-alat yang digunakan. Dengan demikian sertifikasi dengan anggaran pendidikan bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan, sebab keduanya saling mendukung dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila ingin meningkatkan kualitas pendidikan jangan hanya meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik namun anggaran pendidikan juga perlu ditingkatkan.

Apabila sertifikasi sudah dibarengi dengan peningkatan anggaran pendidikan tentu PBM akan bisa berjalan dengan baik. Segala kekurangan dan kesulitan akan dapat diselesaikan, sehingga nantinya PBM akan dapat berjalan dengan baik. Guru tidak lagi mengeluh kekurangan atau terbatasnya sarana dalam belajar, dengan demikian tentu akan dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing nantinya. Sehingga dunia pendidikan kita tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang lain, karena melalui dunia pendidikan ini nantinya akan melahirkan pemikir-pemikir yang akan membangun bangsa dan negara ini.

Tidak ada komentar: