Rabu, 13 Februari 2008

MENGINTIP CARA MENGAJAR SEORANG GURU


MENGINTIP CARA MENGAJAR SEORANG GURU


Tatap muka dalam suatu ruangan merupakan proses dalam pembelajaran. Seorang guru tentu akan membimbing dan menerangkan materi kepada murid-muridnya. Dengan adanya pertemuan antara guru dan murid tersebut, maka akan terjadi interaksi di dalam kelas.

Interaksi antara guru dan murid akan lancar dan menyenangkan apabila seorang guru bisa menguasai ruangan, sehingga materi-materi yang diberikan oleh seorang guru dapat diterima dengan baik oleh muridnya. Seorang guru harus bisa dan mampu menyampaikan materi-materi menggunakan pendekatan-pendekatan yang relevan sesuai keadaan sekarang ini. Dengan adanya pendekatan-pendekatan tersebut, maka murid akan mudah menyerap memahami materi yang diberikan.

Guru harus rileks tanpa beban dalam mengajar, sehingga kekakuan dalam proses belajar mengajar (PBM) tidak terjadi. Apapun topik yang dibicarakan murid akan senang menerimanya, maka murid dalam belajar tidak memilih-milih materi pelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu menghidupkan suasana kelas. Di waktu suasana kelas terasa kurang nyaman dan konsentrasi murid mulai buyar, guru harus mampu memberi humor-humor untuk dapat mengembalikan perhatian anak didiknya.

Guru sebagai orang tua di sekolah harus mampu menjadikan dirinya sebagai panutan bagi muridnya. Murid merasa kehilangan apabila guru tidak masuk kelas atau tidak datang. Murid akan bertanya-tanya kenapa sang guru hari ini tidak masuk, apa gerangan yang terjadi.

Kontak batin antara guru dan murid perlu diciptakan sehingga proses belajar mengajar penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Guru sebagai seorang pendidik harus mengerti tentang keadaan anak didiknya, dengan demikian problem-problem yang mengganggu dalam belajar bisa diselesaikan. Apabila keharmonisan hubungan guru dan murid sudah tercipta, maka gurupun mengajar bersemangat dan murid-murid juga tidak kesulitan dalam memahami materi yang diterangkan tersebut.

Terciptanya kondisi seperti itu, maka apapun materi yang diberikan murid akan bersemangat menerimanya. Jam pelajaran tidak akan terasa berakhir. Seolah-olah kita baru masuk namun jam sudah berakhir. Malah masih ada murid yang mau belajar karena adanya interaksi yang baik tersebut. Bahkan murid akan menunggu-nunggu dengan penuh harapan besok atau minggu depan akan belajar lagi dengan guru yang sama. Dan sering terjadi murid pergi belajar tambahan ke rumah guru idolanya demi meningkatkan dan mengasah kemampuannya.

Namun keadaan di atas bertolak belakang dengan seorang guru yang tampangnya kasar dan pandangannya sinis pada muridnya. Tatapannya yang tajam membuat murid-muridnya menjadi tidak senang dan gundah melihat guru tersebut. Bicaranya yang kasar dan kadang menghardik telah memberikan kesan tersendiri bagi muridnya. Adanya kontak pertama antara guru dan murid yang mempunyai kesan yang tidak menyenangkan tersebut membuat para murid mempunyai pandangan jelek pada guru tersebut.

Dalam belajar pun seorang guru tidak mencerminkan seorang pendidik. Ia terkesan kasar dan meremehkan anak didiknya. Kalau sudah terjadi hal-hal yang demikian tentu ruangan kelas akan terasa tegang dan kaku. Semangat belajar akan menurun, bahkan melihat guru saja muridnya sudah malas.

Apabila guru menerangkan suatu materi di depan kelas kadang tidak menyambung dengan muridnya. Guru tidak bisa membawakan materi dengan bauk sehingga apa yang disampaikan tidak menarik dan dipahami murid. Bahkan bahasa yang dipakai pun terkesan “gado-gado”, kadang memakai bahasa Indonesia dan kadang kental dengan bahasa daerahnya. Kalau hal ini untuk memudahkan muridnya dalam memahami materi barangkali tidak masalah. Namun kadang mendengar apa yang diucapkan guru tersebut kita geli mendengarnya. Seolah-olah dulu tidak ada belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga untuk apa guru tersebut berkohar-kohar di depan kelas kalau murid tidak akan mengerti apa yang diterangkannya. Mungkin lebih baik murid disuruh belajar sendiri dengan memberikan beberapa topik yang harus dipahami, ini mungkin akan lebih baik.
Walau sang guru tidak bisa menerangkan dengan baik, bahkan apa yang dijelaskannya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Namun jangan coba-coba untuk membantah atau berdebat, hal itu bisa fatal akibatnya. Guru tersebut bisa memberi nilai yang jelek bahkan tidak segan-segan menggagalkan muridnya tersebut. Dengan demikian lebih baik murid hanya mendengarkan dan menerima apa yang diterangkannya sebab kalau dibantah itu akan mempercepat jalan ke “neraka”, itulah celoteh di kalangan pelajar sekarang ini.

Adanya guru yang tidak bisa menerangkan dan menguasai kelas, namun yang menjadi sasaran selalu muridnya. Guru sering menganggap muridnya tidak mengerti dan bahkan dibilang tidak belajar. Kalaupun ada di antara murid yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang guru, namun selalu salah. Yang benar guru itu sendiri, sehingga tentu komunikasi antara guru dan murid tidak lancar. Maka di kalangan peserta didik ada yang memberi gelar dengan guru atau dosen killer. Itu wajar-wajar saja karena memang kenyataannya demikian, namun tentu tidak semua guru yang mendapat gelar demikian.

Metode-metode klasik seorang guru tersebut harus dihilangkan. Apa gunanya mempertahankan tata cara lama karena tidak sesuai dengan zamannya lagi. Guru harus mampu menyesuaikan cara mengajar dengan zaman sekarang ini karena karakter pelajar-pelajar dahulu tentu tidak sama dengan karakter pelajar sekarang. Kalau masih memakai cara mengajar lama yang terkesan keras tentu murid akan menjauhi guru tersebut.

Kalau sudah tertanam hal tersebut dalam diri muridnya, bagaimana PBM akan berjalan dengan baik. Dalam PBM tentu yang diharapkan adanya transfer ilmu dari seorang guru pada muridnya. Hal ini akan sulit terjadi karena kadang murid hanya masuk ke ruangan kelas hanya untuk sekedar mengisi absen saja. Dalam PBM pikirannya entah kemana, bahkan berniat cepat waktu pelajaran habis agar sang guru keluar dari kelas.

Adanya mata pelajaran yang dibimbing oleh guru seperti itu, di dalam ruangan murid merasa perputaran terasa lama. Murid tidak lagi mendengar dan mengikuti pelajaran namun setiap saat ada yang melihat jam di tangannya, dan juga ada yang membuka saku celananya. Yang dikeluarkan dari kantong celananya tentu juga melihat waktu pada mobile phone yang mereka miliki. Dengan kurangnya semangat belajar dengan guru seperti itu, apalagi belajar setelah zuhur tentu sangat melelahkan. Baru belajar lima menit terasa sudah satu jam. Murid bukan mendapat ilmu dari sang guru namun banyak mendapat pelajaran yang berharga, yang mana kalau ada mata pelajaran yang sama dan di bimbing oleh lebih dari satu orang guru maka ia tidak akan lagi mengambil guru yang sama. Hal inilah yang masih ada terjadi pada lembaga pendidikan sekarang ini.

Tidak ada komentar: